Akhiri Kekerasan Terhadap Perempuan Sekarang di Sumatera Barat: 16 Hari Aktivisme Melawan Kekerasan Berbasis Gender

×

Akhiri Kekerasan Terhadap Perempuan Sekarang di Sumatera Barat: 16 Hari Aktivisme Melawan Kekerasan Berbasis Gender

Bagikan berita
Monolog tentang akhiri tindak kekerasan terhadap perempuan terutama pemerkosaan atau pelecehan seksual yang terjadi di Sumatera Barat. Monolog dibawakan seorang mahasiswi di Padang saat aksi kolektif, di Menace Space, Tarandam, Kecamatan Padang Timur, Kot
Monolog tentang akhiri tindak kekerasan terhadap perempuan terutama pemerkosaan atau pelecehan seksual yang terjadi di Sumatera Barat. Monolog dibawakan seorang mahasiswi di Padang saat aksi kolektif, di Menace Space, Tarandam, Kecamatan Padang Timur, Kot

HALONUSA.COM - 25 November bukan saja memperingati Hari Guru Nasional di tahun ini, melainkan juga memperingati Hari Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional disertai 16 Hari Aktivisme Menentang Kekerasan Berbasis Gender, yang dilakukan sekelompok organisasi di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera, Indonesia.

Memperingati Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional disertai Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan juga digelar sejumlah negara di dunia sebagai bentuk membangkitkan kembali komitmen untuk membela hak-hak perempuan dan anak perempuan di sejumlah negara termasuk Indonesia.

Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan telah memasuki usia 30 tahun setelah deklarasi 1991, dan sejumlah negara di dunia berbagai cara untuk mengampanyekan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban seksual bahkan hingga perdagangan manusia.

Sejumlah negara memiliki kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, seperti di negara kepulauan Seychelles di Timur Laut Madagaskar, kemudian Ukraina termasuk Indonesia. Kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak menurut catatan data Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas-Perempuan) Indonesia terhitung sepanjang 2020 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 299.911 kasus. Adapun kasus yang sama dalam penanganan lembaga layanan mitra Komnas-Perempuan terdapat 8.234 kasus.

Baca juga:

Terdapat kategori kasus tindak kekerasan terhadap perempuan yang berada pada puncak yakni ranah personal terdiri kasus dalam rumah tangga sebanyak 6.480 kasus atau 79 persen (%), menyusul kasus kekerasan penyerangan fisik sebanyak 2.025 kasus atau 31 persen (%). Kemudian tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak dalam kategori pemerkosaan atau pelecehan seksual sebanyak 1.983 kasus atau 30 persen (%) kekerasan psikologi sebanyak 1.792 kasus atau 28 persen (%) termasuk tindak kekerasan faktor ekonomi 680 kasus atau 10 persen (%).

Sementara data kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak sekait dengan rudapaksa di Sumatera Barat mencapai 215 kasus di 2021 berdasarkan laporan masuk ke Kepolisian Daerah Sumatera Barat (Polda Sumbar). Jumlah kasus itu mengalahkan catatan yang terjadi sepanjang 2020 yakni terdapat 208 kasus. Nyaris kasus tersebut lebih dominan terjadi di lingkaran keluarga bahkan turut melibatkan anggota keluarga lain termasuk tetangga. Adapun di Kota Padang tercatat 85 kasus di tahun 2021 menurut catatan Kepolisian Resort Padang.

"Di tahun 2021 terhitung hingga Oktober lalu, kami sudah menerima laporan sebanya 215 dan angka itu meningkat dibanding tahun lalu," kata Kapolda Sumbar Irjen Pol Teddy Minahasa Putra melalui Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto.

[caption id="attachment_19762" align="aligncenter" width="650"]16-hari-aktivisme-melawan-kekerasan-berbasis-gender-akhiri-keker Pengunjung saat melihat pameran puisi dalam galeri di Menace Space, Tarandam, Padang, Sumatera Barat, Kamis (25/11/2021) malam. (foto: @tanharimage/Halonusa.com)[/caption]

Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto mengutarakan, pelaku kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak dan atau rudapaksa kebanyakan berasal dari orang terdekat seperti paman, ayah angkat serta kerabat keluarga dekat lainnya.

"Tidak dipungkiri, pelaku asusila juga berasal dari teman dekat korban sendiri, seperti kekasih korban dengan di iming imingi akan dinikahi. Korban pun di perdaya untuk melakukan hal-hal yang tidak semestinya," kata Kombes Pol Stefanus Satake Bayu Setianto.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan
Berita Terkait
Terkini