HALONUSA.COM – Pada artikel ini terangkum 9 film Indonesia yang menggunakan budaya Minangkabau sebagai ceritanya. Bahkan, beberapa di antaranya juga melangsungkan shooting di Sumatera Barat (Sumbar).
Beberapa lokasi Sumbar yang jadi tempat shootingnya adalah di Batipuh, Kabupaten Tanah Datar dan Bukittinggi serta Maninjau di Kabupaten Agam. Lokasi lainnya, bahkan ada yang di luar negeri.
Seperti Paris dan beberapa negara Eropa, bahkan ada yang berlokasi shooting hingga ke Papua yaitu di Serui. Daerah lainnya yaitu Jakarta, Bandung serta Bogor. Namun dalam ceritanya, tetap mengisahkan budaya Minangkabau.
Berikut Halonusa.com rangkum masing-masing sinopsis singkat beberapa film tersebut dan jenis kebudayaan Minang apa yang digunakan oleh pihak produksi, baca saja selengkapnya tulisan di bawah ini sampai selesai hingga halaman kedua ya.
9 Film Indonesia Tentang Budaya Minang
1. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck shooting di Batipuh, Kabupaten Tanah Datar yang mengenalkan sosok Hayati atau diperankan oleh Pevita Pearce sebagai tokoh viral pada masa perilisannya sejak 19 Desember 2013 lalu.
Kisah cinta tragis Hayati dengan Zainuddin harus kandas karena Aziz, dimana salah satu penyebabnya yaitu persoalan adat dan perbedaan latar belakang sosial. Penonton bahkan, sampai mengurai airmata saat menyaksikan filmnya.
Konsep budaya Minang di Sumbar yang diterapkan pelataran ceritanya yaitu pengukuhan adat setempat hingga membuat Hayati dan Zainuddin yang saling mencintai tidak berakhir bersama sampai perpisahan di akhir hayat mereka.
Karena berlokasi secara keseluruhan di Sumbar, maka pakaian dan rumah serta beberapa tradisi khas Minangkabau cukup banyak disorot dalam visualisasinya. Ceritanya merupakan adaptasi novel berjudul sama yang sudah rilis sejak tahun 1938.
2. Merantau
Seperti yang diketahui, orang Minang memang identik dengan aktivitas Merantau ke daerah lain yang bertujuan sebagai alasan pekerjaan guna menjalani kehidupan baru atau sekedar mencari pengalaman.
Lokasi syuting Merantau berada di dua tempat yakni Bukittinggi dan Jakarta dengan memakan waktu hampir satu tahun, perilisan perdananya di Bioskop sudah dilakukan sejak 6 Agustus 2009 yang bergenre drama laga selama 2 jam 14 menit.
Menceritakan tentang pemuda Minang yang pergi merantau untuk menyelamatkan dirinya dari perdagangan budak, dimana ia mahir dengan kemampuan beladiri yang merupakan salah satu budaya lokal daerah Sumbar yaitu Silat.
3. Negeri 5 Menara
Sama seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, film Negeri 5 Menara juga diangkat dari novel karya Ahmad Fuadi dan mulai melakukan shooting di Maninjau Kabupaten Agam Sumatera Barat pada 13-17 September 2011.
Negeri 5 Menara mengisahkan tokoh Alif dengan cita-cita besarnya untuk merantau dan pergi dari Minang, segala usaha serta perjuangan Alif beserta kesehariannya dengan teman sekawan juga turut disorot sebagai narasi alurnya.
Sementara, konsep budaya Minang yang ditampilkan yaitu dengan pelataran aktivitas mereka sehari-hari. Banyak sekali plot yang mengangkat kebudayaan lokal, hal tersebut cukup mendukung peran Alif dalam memperjuangkan mimpinya.
4. Perjalanan Pertama
Film Perjalanan Pertama yang mengisahkan aksi komedi antara seorang kakek dan cucunya melalui sebuah vespa ini, juga shooting di Sumbar. Namun ada beberapa plot tentang Malaysia juga, dimana perilisannya resmi dilakukan pada 2 Desember 2021.
Sinopsisnya yaitu tentang Yahya, seorang anak yang hidup bersama sang kakek dan menghabiskan hampir setengah alur penayangan film drama jalan Indonesia-Malaysia itu dengan menanyakan identitas kedua orang tuanya.
5. Saiyo Sakato
Kata “Saiyo Sakato” adalah sebuah Bahasa Minang yang jika dibahasa Indonesiakan memiliki arti ‘setuju banget’ merupakan drama keluarga yang berfokus pada isu poligami yang diracik dengan alur jenaka, berupa persaingan 2 rumah makan Padang.
6. Ranah 3 Warna
Sekuel film Negeri 5 Menara sebagai buku kedua karya Ahmad Fuadi yang difilmkan dengan berjudul sama yaitu Ranah 3 Warna ini mengambil lokasi shooting di banyak tempat seperti Karawang, Bandung, Maninjau dan beberapa negara Eropa.
Alurnya kini lebih kompleks, tidak hanya tentang mimpi Alif tapi merangkap ke kisah persahabatan dan cinta sekawanan tersebut. Perilisan perdanya, bahkan juga dilakukan di salah satu Bioskop di Kota Padang yaitu CGV Pasar Raya.
7. Tabula Rasa
Film Tabula Rasa ini shooting di Jakarta, Bogor dan Serui yang mengangkat latar belakang kuliner tentang Minang dan Papua. Ada epistemologi khusus dalam pengetahuannya, dimana memuat sedikit pengalaman hingga persepsi alat indra.
Menurut pandangannya, Tabula rasa adalah istilah bagi seorang manusia yang lahir tanpa isu mental bawaan. Dapat diartikan bahwa seluruh sumber pengetahuan terhadap dunia, diperoleh melalui pengalaman dan persepsi alat indranya.
8. Surau Silek
Hampir sama dengan film Merantau, Surau Silek juga menjadikan olahraga beladiri Silat sebagai latar pengisahan alur seorang anak yatim yang berambisi untuk memenangkan pertandingan. Lokasi shootingnya diambil di daerah Bukit Tinggi, dan Agam.
9. Liam dan Laila
Mengambil tema percintaan beda kebudayaan, Film Liam dan Laila yang shooting di Bukittinggi, Jakarta dan Paris ini juga mengisahkan romansa antara pria asal Prancis dengan gadis minang meski cinta mereka terhalang perbedaan budaya.
Itulah 9 film Indonesia tentang budaya Minang dan ada yang langsung menjalani shooting di Sumbar, apakah di antaranya sudah ada yang kamu tonton? jika belum yuk coba saksikan sekarang. (*)