Pendaki Alami Hipotermia Saat Mendaki Gunung Talamau, Apa Itu Hipotermia?

Ahad, 03 Januari 2021 | 13:39:32 WIB
The NOLS Blog
Hipotermia

Kondisi saat mengalami Hiportemia dapat berujung kematian dan kegagalan sistem pernapasan, sistem sirkulasi (jantung).

Hiportemia dirasakan ketika temperatur suhu tubuh menurun drastis atau di bawah suhu normal yang membutuhkan metabolisme dan fungsi tubuh di bawah 35 derajat celcius.

Selain itu juga dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit. Contohnya termasuk paparan dingin atau aktivitas fisik yang ekstrem.

Bila siapa pun mengalami Hiportemia diharuskan mendapatkan penanganan sesegara mungkin karena dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf atau fungsi organ lainnya.

Faktor Risiko Hipotermia

Beraktivitas terlalu lama di tempat yang dingin, seperti mendaki gunung atau berenang.

Mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang. Kedua kebiasaan tersebut bisa menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga tubuh akan melepaskan panas yang tinggi dari permukaan kulit.

Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan.

Pengaruh penyakit tertentu yang memengaruhi pengendali suhu tubuh, seperti anoreksia nervosa, stroke, dan hipotiroidisme.

Penyakit yang memengaruhi memori, misalnya penyakit Alzheimer, karena tidak sadar sedang kedinginan atau tidak paham apa yang harus dilakukan.

Usia bayi dan manula, akibat kemampuan mengendalikan temperatur tubuh yang belum sempurna pada bayi dan menurun pada manula.

Penyebab Hipotemia

Penyebab umum hipotermia adalah paparan suhu dingin atau air dingin dalam waktu yang lama tanpa perlindungan yang cukup, misalnya akibat:

Berada terlalu lama di tempat dingin.

Jatuh ke kolam air dingin dalam waktu lama.

Mengenakan pakaian yang basah untuk waktu cukup lama.

Suhu pendingin ruangan yang terlalu rendah, terutama pada bayi dan lansia.

Tidak mengenakan pakaian yang tepat saat mendaki gunung.

Gejala Hipotermia

Berbicara cadel, bergumam, dan gagap.

Bibir berwarna kebiruan.

Denyut jantung lemah dan tidak teratur.

Kulit bayi dapat berwarna merah terang, dingin, dan tampak sangat tidak bertenaga.

Mengantuk atau lemas.

Menggigil terus-menerus.

Merasa kedinginan.

Napas pelan dan pendek.

Penurunan kesadaran, seperti kebingungan.

Pupil mata yang melebar.

Tidak dapat menghangatkan diri.

Tubuh menjadi kaku dan sulit bergerak.

Diagnosis Hipotermia

Dokter akan mendiagnosis hipotermia dengan melakukan wawancara medis serta pemeriksaan fisik dengan termometer khusus, yang dapat mengukur suhu tubuh yang rendah serta mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk mendeteksi masalah pada organ vital, seperti elektrokardiografi, pemeriksaan laboratorium, dan sinar X.

Komplikasi Hipotermia

Beberapa komplikasi hipotermia, antara lain radang beku atau frostbite, jaringan tubuh membusuk akibat terhambatnya aliran darah, bahkan kematian.

Pengobatan Hipotermia

1. Sebelum pertolongan medis tiba:

Segera lepas dan ganti baju yang basah dengan yang kering.

Gunakan beberapa lapis selimut atau jaket untuk menghangatkan tubuh.

Berikan minuman hangat yang tidak mengandung kafein.

Hindari paparan angin dan udara.

Pindahkan ke area yang dekat dengan sumber panas dan dapat berbagi panas tubuh.

Hindari penggunaan panas secara langsung, seperti air panas atau alas penghangat.

2. Setelah pertolongan medis tiba:

Menghangatkan saluran pernapasan pengidap dengan memberikan oksigen yang sudah dihangatkan melalui masker dan selang.

Memberikan infus berisi larutan salin yang sudah dihangatkan.

Mengalirkan larutan yang hangat untuk melewati dan menghangatkan beberapa organ tubuh, misalnya sekitar paru-paru atau rongga perut.

Mengeluarkan dan menghangatkan darah pengidap, lalu kembali mengalirkannya ke dalam tubuhnya, dengan menggunakan mesin pintas jantung dan paru (CPB) atau mesin hemodialisis.

Pencegahan Hipotermia

Berpakaian yang tepat saat musim dingin.

Ganti baju basah dengan baju kering sesegera mungkin.

Keluar dari air dingin secepatnya.

Konsumsi kalori dan cairan yang cukup.

Melakukan pengawasan lebih pada lansia dan anak kecil.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter jika merasakan gejala-gejala di atas. Ingat, penanganan yang tepat dan cepat sangat dibutuhkan untuk menentukan langkah pengobatan dan mempercepat proses penyembuhan. (*)

Tags

Terkini