Yang menarik, Pacu Jawi tidak mengenal kompetisi. Tidak ada pemenang atau pecundang, hanya semangat kebersamaan.
Filosofinya sederhana tetapi dalam: "Jika sapi saja bisa berjalan lurus, apalagi manusia." Nilai luhur ini menjadi pegangan masyarakat setempat.
Pacu Jawi merupakan tradisi khas Kabupaten Tanah Datar yang berlangsung di empat kecamatan, yaitu Sungai Tarab, Pariangan, Lima Kaum, dan Rambatan.
Berbeda dengan perlombaan hewan lainnya, Pacu Jawi tidak mengenal kompetisi. Sebaliknya, sapi-sapi dipacu secara bergiliran untuk menunjukkan keindahan gerak, kekuatan, dan kecepatan sapi berlari
Setiap joki berdiri di atas bilah kayu yang dihubungkan pada sepasang sapi. Dengan penuh semangat, mereka memacu sapi sambil menjaga keseimbangan.
Sapi yang mampu berlari lurus dan cepat menjadi incaran para pembeli karena diyakini memiliki nilai yang tinggi.Filosofinya? Jika sapi saja bisa berlari lurus, maka manusia pun seharusnya bisa hidup lurus dan bermartabat.
Apa yang membuat sapi mampu menjadi juara di arena berlumpur? Jawabannya adalah perawatan yang intensif dan pelatihan yang konsisten.
Menurut Adek Putra Kilah, seorang joki berpengalaman, perawatan sapi tidak bisa dianggap remeh.
"Sebelum dibawa ke arena, sapi harus diajarkan berlari cepat. Ini proses yang memakan waktu," ungkapnya saat berbincang dengan halonusa.id beberapa waktu lalu.
Editor : Dewi Fatimah