Semua elemen masyarakat bekerja sama, mulai dari memilih sapi hingga menyiapkan arena pacu.
“Tidak ada menang atau kalah di sini. Jika masih ada yang berpikir soal kompetisi, itu berarti melenceng dari filosofi Pacu Jawi,” tegasnya.
Pacu Jawi mengajarkan kita banyak hal, mulai dari pentingnya kerja sama hingga bagaimana menjaga keharmonisan dengan alam.
Tradisi ini juga menjadi pengingat bahwa kesenangan tidak selalu berasal dari materi, tetapi juga dari rasa bangga akan budaya dan komunitas.
Budayawan Tanah Datar, Kamaruzzaman, menyebutkan bahwa Pacu Jawi mulai dikenal dunia pada tahun 2007 saat digelar lomba fotografer sedunia yang melibatkan 10 negara.
"Awalnya, Pacu Jawi ini adalah acara adat yang dilakukan setiap selesai panen padi," ujarnya.Ia menjelaskan bahwa tradisi ini tidak dilaksanakan di semua nagari, melainkan hanya di lokasi yang memiliki sawah luas.
"Selain untuk tempat pacuan, sawah ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan," tambahnya.
Menurut Kamaruzzaman, Pacu Jawi memiliki nilai-nilai yang luar biasa. Tradisi ini bukan hanya hiburan, tetapi juga mengangkat ekonomi masyarakat, baik pedagang, peternak, maupun petani.
Sebelum sapi dilepas untuk Pacu Jawi, biasanya diadakan kesepakatan bersama oleh ninik mamak dan penghulu yang disampaikan melalui petatah petitih.
Editor : Dewi Fatimah