Selain itu, pemerintah sepakat ‘berbagi tugas’ dalam rehabilitasi dan pembangunan kembali rumah warga yang menjadi korban terdampak gempa.
Untuk kategori rusak berat dan hancur diambil alih oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Rusak sedang oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar) dan rusak ringan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasaman.
Sementara itu, Direktur Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB, Yusrizal juga mengingatkan selama proses penanganan pascagempa untuk terus memperhatikan protokol kesehatan (prokes).
“Kunjungan pihak luar banyak, jangan sampai terbentuk klaster baru Covid-19 di lokasi pengungsian, tetap terapkan prokes dan selalu pakai masker,” imbaunya.
Kembali ke Rumah
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeklaim, sejumlah warga Pasbar dan Pasaman terdampak gempa magnitudo 6,1 sudah kembali ke rumah masing-masing.
Data Pusdalops BNPB mencatat 7.464 jiwa yang masih berada di pos-pos pengungsian. Total warga mengungsi tersebut jauh di bawah jumlah angka pada hari sebelumnya yaitu lebih dari 14 ribu jiwa.
Jumlah warga mengungsi di Kabupaten Pasbar tercatat 5.636 jiwa yang tersebar di 15 titik pengungsian. Sedangkan di Kabupaten Pasaman, warga mengungsi tercatat 4.407 jiwa atau 1.040 KK.
BNPB mengeklaim terus memberikan pendampingan dalam penanganan darurat, salah satunya penanganan warga terdampak bencana.
Direktorat Fasilitas Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB mendukung Pos Komando (Posko) dalam memastikan pelayanan dasar kepada warga di pengungsian.
Personel BNPB membantu posko untuk pendataan warga yang mengungsi dengan basis administrasi penduduk. Di samping itu, upaya bersama dilakukan BNPB dan kementerian maupun instansi terkait pada kebutuhan manajemen pos pengungsian.
BNPB juga melakukan kajian terhadap pemenuhan kebutuhan dasar secara terus dan berpola, misalnya pemberian bantuan logistik sekaligus untuk pemenuhan kebutuhan seminggu. Selain itu, pemenuhan kebutuhan kelompok rentan, terutama anak, wanita dan lanjut usia, dengan bantuan kebutuhan khusus.
“Kami juga mempersiapkan program-program untuk pendampingan psikososial,” kata Yusrizal.