Cerita Pilu dari Malampah Pasaman, Ratusan Rumah Hancur Diguncang Gempa Dahsyat 2009 dan 2022

Cerita Pilu dari Malampah Pasaman, Ratusan Rumah Hancur Diguncang Gempa Dahsyat 2009 dan 2022
Salah satu rumah warga di kawasan Malampah yang hancur dihantam gempa. (Foto: Dok. Istimewa)|Rumah warga di Malampah roboh dihantam gempa. (Foto: Dok. Istimewa)|Sejumlah pengungsi gempa Pasbar menetap sementara di kantor Bupati Pasaman Barat. (Foto: Dok.
HALONUSA.COM - Gempa yang terjadi di Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) dan Pasaman menjadi bencana besar yang terjadi pada awal tahun 2022 di Sumatera Barat (Sumbar) setelah 2009.

Selain berdampak terhadap sejumlah korban jiwa yang meninggal di dua wilayah tersebut, dampak lainnya juga mengikuti setelah kejadian, salah satunya rumah warga yang hancur dan sudah tak layak huni secara keseluruhan.

Nyaris 100 persen rumah permanen milik warga di Kampung Rawang, Jorong Bukit Lintang, Nagari Persiapan Malampah Barat, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman hancur rata dengan tanah.

Data yang dihimpun Halonusa.com, sedikitnya terdapat 90 rumah yang dihuni 95 kepala keluarga (KK) tersebut roboh dan hancur.

Samaik, 45 tahun, salah satu warga setempat menceritakan bahwa tak banyak bangunan yang selamat di kampung tersebut.

"Paling yang masih utuh itu ada lima rumah kayu dan rumah susun sirih (bambu) yang dilapis dengan semen, yang lainnya sudah roboh dan hancur," kata warga Rawang tersebut.

Bahkan dia masih ingat musibah gempa dahsyat itu tidak hanya terjadi pada tahun 2022 saja. 13 tahun dirinya juga merasakan hal yang sama.

"Tahun 2009 itu sebenarnya lebih parah lagi, rumah saya malah hancur total, atap sudah turun ke tanah, begitu juga dengan bangunan rumah di sebelah (yang hancur) ini," katanya.

Setelah kejadian itu, dirinya beserta keluarga kembali membangun rumah dan mencoba bangkit lagi.

[caption id="attachment_28750" align="alignnone" width="844"]Rumah warga di Malampah roboh dihantam gempa. (Foto: Dok. Istimewa) Rumah warga di Malampah roboh dihantam gempa. (Foto: Dok. Istimewa)[/caption]

Namun, takdir berkata lain, rumahnya kembali roboh dalam peristiwa gempa bumi yang terjadi di Pasbar dan Pasaman pada Jumat (25/2/2022) lalu.

Beruntung bagi dirinya beserta istri dan ketiga anaknya yang selamat dalam peristiwa tersebut. Begitu juga dengan 400-an warga Rawang lainnya juga ikut selamat dalam musibah gempa bumi.

Saat ini, warga Rawang masih mengungsi di SD Negeri 20 Kalimanang dan bantuan terus berdatangan dari posko induk kecamatan, sehingga pengungsi tidak pernah kekurangan makanan.

"Namun, kami berharap bisa tinggal lagi di rumah dan hidup normal lagi seperti semula," katanya.

Tanah Bergerak

Malampah memang menjadi salah satu daerah terdampak parah gempa di Kabupaten Pasaman, sama halnya dengan Nagari Kajai di Kabupaten Pasbar yang menjadi episentrum atau pusat kejadian.

Bahkan tak sampai di sana, usai gempa bumi, tanah di kawasan Malampah juga mengalami pergerakan.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebut bahwa kemungkinan tanah bergerak pasca gempa pernah terjadi pada gempa 2009 di Sumbar.

“Kejadian saat itu bersamaan dengan hujan, magnitudonya cukup kuat waktu itu, yaitu 7,0, memang saat itu terjadi tanah bergerak dalam radius yang cukup jauh, 500 meter lebih,” ungkap Dwikorita.

“Artinya apa? Dengan melihat kondisi kemiringan lereng, tanah dan batuan, kekuatan gempa, hal itu mungkin terjadi, berpotensi terjadi, tapi apakah benar-benar terjadi, kami harus cek dahulu,” tambahnya.

Dirinya meminta masyarakat untuk menjauh dari lereng atau bebatuan, terlebih jika ada perkampungan di bawahnya.

“Mohon pemerintah kabupaten atau daerah dapat memberikan peringatan kepada masyarakat yang ada di bawah lereng itu, terutama ketika hujan, hal itu bisa terjadi, baik saat gempa atau hujan turun setelah gempa, sebaiknya menyingkir dahulu dari lereng-lereng yang rawan,” imbaunya.

Patahan Baru

BMKG menyebut, hasil penelitian dan temuan di lapangan pihaknya, pusat gempa dengan magnitudo 6,2 berada di segmen baru setelah sebelumnya sudah ada Angkola dan Sianok.

Pengungkapan tersebut setelah BMKG melakukan survei makro seismic atau pemetaan dampak kerusakan.

Kemudian, survei mikro zonasi atau pemetaan siteclass kerentanan seismic. Selanjutnya monitoring mikro seismic gempa susulan atau estimasi gempa susulan terakhir.

Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial BMKG, Rahmat Triyono menyebut bahwa pihaknya menemukan segmen baru di kawasan Talamau (selanjutnya disebut Segmen Talamau).

"Potensi maksimal gempa di segmen tersebut berpotensi atau bisa dihubungkan dengan patahan. Namun, karena tidak terlalu panjang, bisa jadi gempa dengan magnitudo 6,1 tersebut berpotensi di Segmen Talamau," papar Rahmat.

Namun Rahmat meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan keberadaan patahan baru tersebut akan berdampak kepada Gunung Talamau.

"Jika belum ada informasi dari pusat geologi, tidak usah khawatir dahulu," ucapnya.

Rahmat menjelaskan, sejak gempa melanda Kabupaten Pasbar dan Pasaman pada Jumat (25/2/2022) lalu, sudah terdapat sejumlah gempa susulan (aftershock).

Kekuatan gempa tersebut beragam, mulai dari kecil hingga besar yang dirasakan oleh warga. Hingga Jumat (4/3/2022) pagi, data dari BMKG, sudah terdapat sebanyak 206 kali gempa susulan.



Korban Jiwa

Bahkan, tak sampai di sana, korban meninggal dunia akibat musibah gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) dan Pasaman pada Jumat (25/2/2022) terus bertambah.

Hingga Rabu (2/3/2022) siang, jumlah korban meninggal dalam peristiwa di dua wilayah tersebut telah berjumlah 11 orang, didominasi oleh perempuan.

Kepala Seksi (Kasi Ops) Operasi Kantor SAR Kelas A Padang, Octavianto mengatakan, para korban meninggal dunia tersebut tersebar di Kajai, Pasbar dan Malampah, Kabupaten Pasaman.

“Korban meninggal sejauh ini berjumlah 11 orang, tersebar di dua wilayah (Pasaman dan Pasbar) itu,” ujarnya.

Dari 11 orang itu (data Basarnas), sedikitnya tujuh hingga delapan korban merupakan warga di kawasan Malampah dan sekitarnya yang masuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman.

Di lain tempat, Bupati Pasaman, Benny Utama mengeklaim sebanyak 4.407 warganya menjadi korban terdampak gempa di Malampah, Kecamatan Tigo Nagari.

Jumlah sebanyak itu, kata Benny, terdiri dari 1.047 kepala keluarga (KK) dan belum termasuk ke dalam tiga kampung yang belum terdata.

[caption id="attachment_28575" align="alignnone" width="800"]Korban terdampak gempa di Malampah, Kabupaten Pasaman. (Foto: Dok. Istimewa) Korban terdampak gempa di Malampah, Kabupaten Pasaman. (Foto: Dok. Istimewa)[/caption]

Pendataan korban jiwa atau terdampak dan kerusakan serta pendistribuan bantuan menjadi fokus utama pihaknya sembari menyiapkan infastruktur pendukung di lokasi pengungsian.

“Tenda pengungsi masih sangat dibutuhkan warga, saat ini baru ada sekitar 80 set (tenda) ukuran besar dan kecil, namun informasi terbaru sudah datang 1.500 tenda berbagai model dan ukuran dari Kementerian Sosial (Kemensos),” kata Benny.

Benny mengeklaim bahwa pihaknya sudah bisa memetakan apa saja kebutuhan, siapa dan bagaimana penanganan pascagempa yang harus dilakukan.

Dirinya memberikan sejumlah instruksi kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk melaksanakan perintah yang diberikannya.

Di antaranya, pembuatan fasilitas Mandi, Cuci, Kakus (MCK) darurat di lokasi pengungsian, kemudian sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air para pengungsi.

“Jumlah (MCK) nya sesuaikan dengan kebutuhan para pengungsi di tiap lokasi, hitung berapa warga perempuan dan laki-laki,” katanya, Minggu (27/2/2022).

Arahan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes), Benny meminta untuk mendirikan posko kesehatan di seluruh lokasi pengungsian dan melakukan pengecekan kesehatan korban terdampak gempa setiap hari.

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Pasaman diinstruksikan untuk melakukan program penyembuhan traumatik bagi anak-anak di daerah terdampak gempa.

Kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Benny Utama meminta untuk memfinalkan jumlah kerusakan akibat gempa, mulai dari rumah hancur dan rusak serta fasilitas umum (fasum) serta infrastruktur yang lainnya.

“Data harus akurat dan jangan dikarang-karang, jika ada ada penyimpangan dampak hukumnya akan terasa di kemudian hari. Tepat data, maka akan tepat pula penanganannya,” ucap pria yang pernah berprofesi sebagai Jaksa tersebut.

“Harus bergerak cepat, jangan berlama-lama, kasihan masyarakat harus menanggung penderitaan di tenda-tenda pengungsian, namun kecepatan dan keakuratan itu juga berlandaskan payung hukum yang jelas pula,” sambungnya.

Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Pasaman juga diminta untuk proaktif melaporkan tahapan dan proses penanganan pascagempa.

Diskominfo Kabupaten Pasaman juga diminta untuk bisa menekan isu dan hoaks yang banyak bermunculan di media sosial (medsos) terkait musibah gempa di Pasaman.

“Sajikan data yang benar dan konkret terkait seluruh hal yang menyangkut gempa di Pasaman,” katanya.



Selain itu, pemerintah sepakat ‘berbagi tugas’ dalam rehabilitasi dan pembangunan kembali rumah warga yang menjadi korban terdampak gempa.

Untuk kategori rusak berat dan hancur diambil alih oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Rusak sedang oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Barat (Sumbar) dan rusak ringan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasaman.

Sementara itu, Direktur Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB, Yusrizal juga mengingatkan selama proses penanganan pascagempa untuk terus memperhatikan protokol kesehatan (prokes).

“Kunjungan pihak luar banyak, jangan sampai terbentuk klaster baru Covid-19 di lokasi pengungsian, tetap terapkan prokes dan selalu pakai masker,” imbaunya.

Kembali ke Rumah

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeklaim, sejumlah warga Pasbar dan Pasaman terdampak gempa magnitudo 6,1 sudah kembali ke rumah masing-masing.

Data Pusdalops BNPB mencatat 7.464 jiwa yang masih berada di pos-pos pengungsian. Total warga mengungsi tersebut jauh di bawah jumlah angka pada hari sebelumnya yaitu lebih dari 14 ribu jiwa.

Jumlah warga mengungsi di Kabupaten Pasbar tercatat 5.636 jiwa yang tersebar di 15 titik pengungsian. Sedangkan di Kabupaten Pasaman, warga mengungsi tercatat 4.407 jiwa atau 1.040 KK.

BNPB mengeklaim terus memberikan pendampingan dalam penanganan darurat, salah satunya penanganan warga terdampak bencana.

Direktorat Fasilitas Penanganan Korban dan Pengungsi BNPB mendukung Pos Komando (Posko) dalam memastikan pelayanan dasar kepada warga di pengungsian.

[caption id="attachment_28753" align="alignnone" width="887"]Sejumlah pengungsi gempa Pasbar menetap sementara di kantor Bupati Pasaman Barat. (Foto: Dok. BNPB) Sejumlah pengungsi gempa Pasbar menetap sementara di kantor Bupati Pasaman Barat. (Foto: Dok. BNPB)[/caption]

Personel BNPB membantu posko untuk pendataan warga yang mengungsi dengan basis administrasi penduduk. Di samping itu, upaya bersama dilakukan BNPB dan kementerian maupun instansi terkait pada kebutuhan manajemen pos pengungsian.

BNPB juga melakukan kajian terhadap pemenuhan kebutuhan dasar secara terus dan berpola, misalnya pemberian bantuan logistik sekaligus untuk pemenuhan kebutuhan seminggu. Selain itu, pemenuhan kebutuhan kelompok rentan, terutama anak, wanita dan lanjut usia, dengan bantuan kebutuhan khusus.

"Kami juga mempersiapkan program-program untuk pendampingan psikososial," kata Yusrizal.



Hingga saat ini, data sementara total korban terdampak gempa M6,1 tercatat meninggal dunia 12 jiwa, luka berat 52, luka ringan 373 dan hilang 4.

Rinciannya, jumlah korban meninggal dunia 6 orang, luka berat 45 dan luka ringan 336.

Di Kabupaten Pasaman, data korban meninggal dunia berjumlah 6 jiwa, luka berat 5, luka ringan 36 dan hilang 4. Sedangkan di Kabupaten Agam, 1 jiwa mengalami luka berat.

Selain jumlah korban, data sementara kerugian material tercatat total jumlah rumah rusak mencapai 1.783 unit. Sebanyak 1.754 unit masih dalam proses verifikasi tingkat kerusakan. Sedangkan sisanya teridentifikasi rusak berat 2 unit, rusak sedang 20 unit dan rusak ringan 7 unit.

Kerusakan rumah ini sebagian besar terjadi di Kabupaten Pasaman, sebanyak seribu unit. Kemudian disusul Pasbar 747 unit, Limapuluh Kota 27 unit, Kabupaten Agam dan Padang Pariaman masing-masing 1 unit.

Turun Tangan

Sekretaris Daerah (Sekda) Pasbar, Hendra Putra meminta IPDN untuk menempatkan personelnya berada di lokasi kejadian selama masa tanggap darurat.

“Kami butuhkan dalam hal pendataan, pelaporan dan pendistribusian bantuan ke pengungsi serta trauma healing,” kata Hendra.

Pasalnya, kata Hendra, IPDN dinilai cakap dalam melakukan pendataan, administrasi dan manajemen selama masa tanggap darurat.

[caption id="attachment_28720" align="alignnone" width="533"]Bantuan IPDN Sumbar untuk korban gempa Pasbar. (Foto: Dok. Istimewa) Bantuan IPDN Sumbar untuk korban gempa Pasbar. (Foto: Dok. Istimewa)[/caption]

Direktur IPDN Sumbar, Tun Huseno mengatakan, gempa yang dirasakan di Pasaman Raya tersebut berdampak sangat besar. Pihaknya merasa perlu turun tangan memberikan bantuan.

“Banyak masyarakat saat ini butuh bantuan, karena itu, kami ingin membantu meringankan derita para korban,” kata Tun Haseno.



Tun Haseno mengatakan, bantuan yang diserahkan pihaknya berupa sembilan bahan pokok (sembako), kebutuhan bayi dan lainnya.

Penyerahan bantuan tersebut diwakilkan oleh Kasat Sena Praja, Refdinal Indra bersama pengasuh dan sejumlah praja Fungsionaris Sena Praja.

“Bantuan ini diharapkan bisa mengurangi kesedihan korban gempa dan bisa dimanfaatkan secara maksimal,” katanya. (*)

Berita Lainnya

Index