Di Balik Kesuksesan Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono Ternyata Pernah Jadi Kernet Angkot dan Cleaning Service

Di Balik Kesuksesan Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono Ternyata Pernah Jadi Kernet Angkot dan Cleaning Service
Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono (Foto: Halbert Caniago/Halonusa.com)
HALONUSA.COM - Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Barat (Sumbar) Inspektur Jendral (Irjen) Suharyono ternyata memiliki beberapa pengalaman pahit sebelum menjadi seorang polisi.

Jendral bintang dua kelahiran 2 Desember 1966 ini ternyata anak dari seorang anggota polisi berpangkat Tamtama.

"Ayah saya itu seorang tamtama, jadi awalnya ayah saya adalah seorang tamtama Tentara Nasional Indonesia (TNI) lalu pindah ke Kepolisian," katanya saat berbincang dengan awak media, Senin 2 Januari 2022.

Lelaki lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1992 ini ternyata pernah mengenyam kehidupan yang cukup pahit sebelum ia menjadi seorang abdi negara.

Dalam pengakuannya, Suharyono pernah menjadi kernek Angkutan Kota (Angkot) dan menjadi seorang cleaning service di sebuah instansi.

Kesuksesannya sebagai seorang anggota Polri hingga menjabat sebagai seorang Kapolda Sumbar memiliki lika-liku kehidupan yang tidak mudah untuk dilalui.

Menjadi Cleaning Service


Saat tamat dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Suharyono muda ingin menjadi seorang tentara dan siap untuk ditugaskan di daerah Timor-timor.

"Saat tamat SMA itu, saya dan kakak saya sudah siap untuk menjadi seorang tentara dan ditugaskan di Timor-timor saat itu. Tapi dilarang oleh ibu saya," katanya.

Karena dilarang oleh sang ibu, Suharyono muda memikirkan bagaimana bisa mendapatkan penghasilan agar tidak memberatkan beban keluarga.

"Saat itu ada tawaran untuk menjadi Pegawai Harian Lepas (PHL) di salah satu instansi di daerah Temanggung," katanya.

Karena memang sedang membutuhkan pekerjaan, Suharyono muda langsung menerima tawaran tersebut dan bekerja sebagai seorang Cleaning Service.

"Saat itu saya digaji sebesar Rp13 ribu satu bulan, dan cukup lama juga saya bekerja di sana," katanya.

Menjadi Kernek Angkot


Setelah berhenti menjadi seorang Cleaning Service, Suharyono muda diajak untuk menjadi kernek angkot oleh ayahnya yang saat itu sudah pensiun sebagai anggota Polri.

"Jadi saya diajak oleh ayah saya untuk menjadi kerneknya setelah ayah saya pensiun," lanjutnya.

Suharyono menyatakan bahwa angkot yang dikendarai oleh ayahnya itu juga bukan milik keluarganya, melainkan milik seorang juragan.

"Jadi ayah saya selalu setor kepada juragannya itu karena mobil angkot itu juga bukan punya kami," lanjutnya.

Gagal Jadi Polisi


Dalam perjalanannya menjadi seorang kernek angkot, Suharyono muda melihat adanya seleksi untuk menjadi polisi di Mapolres Temanggung.

"Saat sedang menambang angkot dengan ayah saya, saya melihat ada yang ramai-ramai di depan Mapolres dan ternyata itu penerimaan anggota Polri baru," katanya.

Karena ayahnya dahulunya seorang anggota Polri, Suharyono muda tertarik untuk mendaftar sebagai anggota Polri.

"Saat itu bisa langsung mendaftar dan mengukur tinggi badan. Saat saya mengukur tinggi badan, ternyata tinggi saya kurang 2 sentimeter," lanjutnya.

Suharyono muda yang saat itu hanya setinggi 163 sentimeter dinyatakan langsung gagal dan ia kembali ke rumahnya.

"Seminggu setelah itu, saya lihat kok antriannya tambah ramai. Saya lihat, ternyata syarat tingginya sudah dikurangi menjadi 163 sentimeter," katanya.

Melihat adanya peluang, Suharyono muda langsung mengikuti seleksi tersebut dan mengambil jalur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).

"Setelah mengikuti berbagai macam seleksi, akhirnya saya dinyatakan gagal pada seleksi terakhir," katanya.

Awal Kesuksesan


Setelah setahun berlalu, kesempatan untuk menjadi anggota Polri kembali dibuka pada tahun 1087.

Suharyono muda kembali mendaftarkan diri sebagai seorang anggota Polri, tetapi bukan melalui jalur Akabri seperti sebelumnya.

"Karena di Akabri pernah gagal kan, saya coba mengambil jalur Bintaranya dan ternyata lolos," tuturnya.

Lolosnya Suharyono muda sebagai seorang personel Kepolisian berpangkat Sersan Dua merupakan sebuah awal dari kariernya sebagai perwira Kepolisian.

"8 bulan dinas, ada kesempatan untuk mengikuti tes Akabri lagi dan saya coba daftar ternyata saya lolos pada tahun 1989 itu," katanya.

Setelah mengikuti pendidikan selama 4 tahun sebagai seorang Taruna, Suharyono akhirnya lulus pada tahun 1992 dan dinyatakan sebagai Adhi Makayasa atau lulusan terbaik.

"Setelah lulus, saya dinas pertama itu ditempatkan di Jakarta dan selanjutnya dipindahkan ke berbagai daerah," katanya.

Suharyono juga pernah menjabat sebagai Kapolres Banjarmasin pada tahun 2012, Dirintelkam Polda Kepri pada tahun 2014, Analisis Kebijakan Madya Bidang Politik Baintelkam Polri, Perwira Tinggi Polri di Badan Inteligen Negara (BIN), Penyidik Utama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan saat ini sebagai Kapolda Sumatera Barat. (*)

Berita Lainnya

Index