Kasad menegaskan, agar para komandan di tiap distrik harus iut bertanggung jawab jika masih ada iuran. “Tapi yang lebih penting, jangan ada anggapan, seolah-olah iuran ini menjadi keharusan, dan mungkin ada yang memanfaatkan. Jadi kalau masih ada iuran apa pun bentuknya di Rindam. Saya akan menganggap Danrindam tahu. Ada iuran di Pusdik-Pusdik, saya akan menganggap Danpusdik tahu. Di Secapa saya juga dapat laporan iuran, berarti Danmen (Komandan Resimen) tahu,” tegas Andika. Tentara Sebagian Besar Insan Menengah ke Bawah Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa berharap kasus iuran itu bisa segera ditindaklanjuti, sekaligus sebagai upaya memperbaiki kondisi TNI-AD.“Itu semua sudah cukup, bahwasanya sepatunya kurang ya enggak apa-apa. Bisa kita dulu. Dan itu menjadi bagian dari cara kita berlatih. Kita nyuci malam-malam setelah kegiatan, jangan maunya cadangannya banyak,” terang Andika.
“Di Akmil, di Seskoad kita harus perbaiki. Enggak perlu di koordinir, kalau mereka mau jajan, buka masing-masing. Enggak usah pakai dikoordinir, sehingga enggak ada ‘petualang-petualang’ (oknum peminta iuran),” kata Andika.Apalagi seperti diketahui, bahwa sebagian besar calon tentara itu berasal dari keluarga menengah ke bawah. Sehingga terlalu tega jika masih diminta iuran.
“Kalau saya masih dengar ada laporan tadi (iuran), saya anggap Komandannya tahu. Berarti akan ada konsekuensi. Sudahlah, kasihan yang mengikuti pendidikan itu enggak semuanya orang berada. Kalau berada, ngapain jadi tentara. Mayoritas mereka dari menengah ke bawah,” tegasnya.Ancaman Bagi Komandan Andika memberi waktu dua minggu kepada para komandan untuk segera bertindak terkait penarikan iuran kepada calon tentara. Dia meminta para komandan bergerak menelusuri sampai ke akarnya.
“Kalau masih saya terima laporan, awas. Saya kasih waktu dua minggu, masing-masing Komandan tadi beresin, telusuri sampai ke bawah. Siap-siap saja dan jangan ragukan keseriusan saya,” pungkas Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa. (*)Editor : Redaksi