Oleh: Ilma Alfi Rahmi (Mahasiswi Sastra Inggris, Universitas Andalas, 2021)
HALONUSA.COM – Quarter Life Crisis atau krisis seperempat abad adalah suatu kondisi yang umumnya dialami oleh seseorang berusia 20 hingga 30 tahunan.
Mereka merasa kebingungan dan kecemasan dalam menentukan arah hidup serta menghadapi masa depan.
Sesuai judul bukunya, buku ciptaan Alexandra Robbins dan Abby Wilner ini adalah salah satu buku yang membahas tentang fenomena sosial Quarter Life Crisis.
Di dalam buku ini akan dibahas mengenai Quarter Life Crisis, bagaimana cara mengenali, cara menghadapi dan hal lain yang berhubungan dengan hal tersebut.
Kita sudah mulai mencari tahu tentang jati diri sendiri sejak anak-anak, akan tapi ketika di umur 20-an kita akan menghadapi dunia yang lebih ‘nyata’.
Semua proses pencarian jati diri kita seperti di mulai dari awal lagi.
Pengalaman ini adalah bagian yang sulit karna seseorang harus melaluinya sendirian dan banyak aspek kehidupan yang berada dalam kekacauan.
Dalam situasi itulah Quarter Life Crisis benar-benar merupakan krisis identitas.
Saat baru saja lulus dari sekolah, kita harus mencari tahu segala sesuatu yang ada di dunia nyata dengan cepat, tapi di waktu yang bersamaan dan yang lebih penting, kita harus ingat untuk mencari tahu tentang diri kita sendiri juga.
Seseorang berusia dua puluhan yang berbicara dengan penulis mengatakan bahwa mereka telah mengatasi atau menghadapi transisi ini menggunakan kombinasi dari sikap yang benar, tekad, keterbukaan, dan sering kali mengandalkan banyak keberuntungan.
Salah satu contoh tokoh di buku ini adalah Jeff (24 Tahun) seorang penduduk di Wilmington, Delaware mengatakan bahwa untuk orang yang berusia dua puluhan.
Dia mencari tahu tentang dirinya adalah sebuah proses harian yang kadang terdiri dari hal yang mengejutkan.
“Every day there’s a different situation that can teach you something new about yourself”, yang berarti setiap hari ada situasi berbeda yang bisa mengajarimu sesuatu hal baru tentang dirimu.
Jeff juga menggunakan pengalamannya untuk selalu menjadi pengingat, bahwa semua hal tak selalu terjadi seperti apa yang telah kita rencanakan.