Koordator Wisata Alam (Belukar) Pokdarwis Tangaya Muhammad Rizki mengatakan, lokasi yang diduga tambang emas ilegal dan juga penebangan pohon liar ini ditemukan ketika sedang melakukan kegiatan observasi rutin ke dalam hutan Gaduang Beo yang juga berdampingan dengan hutan hujan Suaka Margasatwa Bukit Barisan.
"Kami tim Belukar sedang melakukan kegiatan rutin untuk melakukan observasi ke dalam hutan Gaduang Beo pada hari Rabu 17 Agustus 2022. Ketika kami menyisir tepian sungai Jembatan Kawek yang berada di hutan Gaduang Beo yang juga termasuk dalam hutan hujan Suaka Margasatwa Bukit Barisan. Sesampainya kami di lokasi, kami menemukan bekas penambangan dan pohon besar yang sudah terpotong serta dua orang pria yang tidak dikenal yang sedang bekerja di tepian sungai," katanya kepada Halonusa.com Jumat (19/8/2022).
Menurut pria yang akrab disapa Ares itu, tambang ini terbilang baru, karena tim Belukar rutin melakukan kegiatan observasi di beberapa titik dalam hutan termasuk kedalam hutan Gaduang Beo dan satu bulan sebelumnya tidak ada menemukan pekerja ataupun bekas yang diduga kegiatan penambangan di sepanjang hiliran sungai.
"Tambang ini baru, karena belum genap dua bulan saya dan tim Belukar juga melakukan kegiatan observasi dan tidak menemukan bekas tambang ataupun penebangan pohon dan hutannya masih asri seperti apa yang kami lihat sebelumnya, mungkin ada pohon yang tumbang namun itu proses alam yang bisa" ungkapnya.
Ares menjelaskan, aktivitas tambang itu akan berdampak pada kerusakan hutan dan juga berdampak pada tempat-tempat bersejarah pada masa kolonial yang berada di kawasan hutan Gaduang Beo.
"Jika kegiatan seperti ini berkelanjutan di kawasan hutan Gaduang Beo dan tidak ada penganan lanjutan, tidak hanya seluruh hutan, Gaduang Beo yang juga sebagai tempat bersejarah nagari Saniangbaka pada zaman kolonial ini juga akan rusak total," tutur Ares.
Ares juga menjelaskan tentang temuan beberapa alat yang digunakan untuk menggali lubang tambang seperti cangkul, senso (Chainsaw) , mesin dap air, keranjang pasir dan box penurunan pasir atau tanah.
“Kami lihat ada beberapa alat yang digunakan sebagai alat untuk aktivitas tambang ada mesin dap air, box penurunan pasir atau tanah. Untuk pengambilan tanah masih dilakukan secara manual seperti cangkul dan keranjang pasir, namun yang sangat sayang sekali kami lihat ada mesin senso (Chainsaw) yang mereka gunakan untuk menebang pohon untuk membuka lahan," ungkap Ares.
“Mereka juga melakukan penebangan pohon besar dan kecil, pengerukan pinggiran sungai. Hal itu terlihat jelas ada pohon yang telah diolah menjadi beberapa papan dan balok dan ada pohon lainnya yang juga mungkin akan diolah juga,” tambahnya.
Menurut Ares, dua orang pekerja tambang tersebut tidak mau terbuka tentang siapa yang bertanggung jawab atas penambangan atau penebangan pohon tersebut. Hal ini juga akan ia bicarakan juga lebih lanjut dengan pemuda nagari dan pihak lainnya.
“Dua orang pekerja tambang itu tidak terlalu menanggapi tentang pertanyaan kami dan tidak mau mengatakan siapa yang bertanggung jawab atas tambang ini. Mereka hanya mengatakan disuruh bekerja dan belum ada hasil. Namun kami tidak begitu saja percaya dan akan membahas ini lebih lanjut bersama pemuda nagari dan yang lainnya. Kemungkinan ini adalah isu lama namun sebelumnya belum pernah terpergoki,” tuturnya.
Hingga hari ini, masih belum dapat diketahui siapa siapa aktor intelektual dari aktivitas atau pihak yang terlibat dalam kegiatan tambang ini dan sejak kapan pasti tambang ini sudah beroperasi.
“Kami hingga saat ini belum mengetahui siapa pihak yang bertanggung jawab atas semua ini dan tidak mau asal menuduh. Namun kami juga akan tetap mencari tahu tentang siapa aktor intelektual dari aktivitas tambang ini. Termasuk pekerja dan pemodalnya, sehingga mereka nekat masuk ke kawasan yang berdampingan dengan hutan hujan Suaka Margasatwa Bukit Barisan," pungkasnya
"Kami tim Belukar Pokdarwis Tangaya sangat prihatin atas apa yang telah kami temui kemarin, kami juga berharap dari pihak berwenang mengusut tuntas tentang aktivitas penambangan serta penebangan pohon liar di hutan ini,” tutupnya. (*)