Ini Tanggapan DPR Soal Rencana Penerapan Kurikulum Prototype

×

Ini Tanggapan DPR Soal Rencana Penerapan Kurikulum Prototype

Bagikan berita
Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan
Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan

HALONUSA.COM - Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Sofyan Tan menilai Kurikulum Prototype dapat mengurangi beban siswa dan guru karena materi yang disajikan lebih sederhana dan fleksibel.

Kurikulum tersebut menyasar pada materi esensial sehingga guru punya cukup waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi.

Ia juga menekankan pentingnya adaptasi dan inovasi untuk dapat bertahan di tengah perkembangan zaman. Termasuk salah satunya menyangkut opsi model kurikulum yang berlaku di Indonesia.

Menurutnya, kebijakan kurikulum harus mampu membentuk talenta dan karakter anak secara keseluruhan (holistik).

Baca juga:

“Bukan menghapus (kurikulum sebelumnya) tapi ini lebih efisien. Inilah kebijakan umumnya. Saya menyetujui kurikulum ini untuk dilaksanakan di Indonesia,” katanya.

Diketahui, Kemendikbudristek telah melakukan pengawasan (monitoring) dan evaluasi terhadap Kurikulum Darurat yang dilaksanakan oleh beberapa sekolah di masa pandemi. Hasilnya, penerapan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak learning loss akibat pandemi secara signifikan. Studi Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menunjukkan bahwa siswa pengguna Kurikulum Darurat mendapat capaian belajar yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosio-ekonominya.

Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi learning loss numerasi dan literasi, penggunaan Kurikulum Darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi).

Dengan kata lain, hasil riset menunjukkan bahwa satuan pendidikan yang melakukan penyesuaian terhadap kurikulumnya di masa pandemi cenderung dapat meminimalisir dampak kehilangan pembelajaran.

Kurikulum Darurat dinilai efektif memitigasi learning loss karena membantu guru untuk melakukan fleksibilitas dalam konteks pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan muatan lokal.

“(Kurikulum) perlu mengakomodasi partisipasi masyarakat dan stakeholder agar apa yang diajarkan relevan,” tutupnya.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini