Irigasi yang rusak dimakan usia tersebut dibangun sejak zaman penjajah Belanda.
Padahal keberadaan irigasi ini sangat dibutuhkan untuk mengaliri ribuan hektare sawah milik warga.
Akibatnya, ribuan hektare sawah milik warga terpaksa terlantar.
Baca juga: Ratusan Warga Dievakuasi ke Musala, Akibat Banjir Rahul Tapan Pesisir Selatan
Irigasi yang rusak itu, mengancam perekonomian warga di sektor pertanian di lima nagari, yakni Nagari Koto Panjang, Nagari Aur Duri Surantih, Nagari Pasa Nan Tigo, Rawang Gunuang Malelo dan Nagari Surantih.
Para pemilik sawah di wilayah tersebut kini mengeluhkan kerusakan saluran irigasi yang dibangun sejak zaman Belanda.
Seorang pemilik sawah, Isul (41) mengeluhkan, badan saluran irigasi itu rusak berat sejak satu tahun lalu.
Sampai sekarang, kata dia, belum pernah mendapat perbaikan yang serius dari pemerintah.
Baca juga: Pemkab Pesisir Selatan Dorong Produktivitas Petani dengan Pola Tanam Serentak
Padahal, kata Isul, saluran irigasi ini merupakan satu-satunya sumber pengairan untuk pemenuhan kebutuhan lahan pesawahan di lima nagari di wilayah tersebut.
"Sudah satu tahun rusak, tapi masih saja belum diperbaiki oleh pemerintah. Kami sangat membutuhkan saluran ini, maka kami bersama para pemilik sawah yang lain, terpaksa harus bekerja bakti untuk melakukan perbaikan," ujarnya, Jumat (28/5/2021).
Namun, perbaikan yang dilakukan masyarakat secara swadaya ini, sifatnya hanya perbaikan sementara, jadi hasilnya pun tidak maksimal.
Buktinya, selama satu tahun ini, warga acap kali melakukan swadaya membuat memperbaiki irigasi yang rusak tersebut, agar air bisa tetap mengalir mengairi lahan persawahan, tapi juga tidak maksimal.
Baca juga: Bupati Rusma Temui Menteri Pertanian, Jemput Dana Pusat untuk Pertanian Pessel
"Karena saluran rusak total, jadi solusinya harus diperbaiki oleh pemerintah dengan anggaran yang maksimal," ujarnya.
Kerusakan irigasi ini sudah sangat parah, jadi perbaikannya pun harus dilakukan secara serius.
Sebab, kalau hanya diperbaiki secara manual, maka akan rentan rusak, dan akibatnya kebutuhan pengairan ke lahan pertanian akan terus-menerus terganggu.
"Kini kami terpaksa menanam padi dengan sistem sawah tanah hujan," jelasnya.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada instansi terkait, supaya dapat segera melakukan perbaikan pada saluran tersebut.
Baca juga: Embat Dompet Penumpang, Polisi Padang Tangkap Oknum Sopir Travel Pessel
"Irigasi ini memang rusak berat sejak satu tahun lalu. Air dari saluran ini bisa tetap mengalir ke hilir. Tapi rusak, maka kami terpaksa menanam padi menunggu hujan turun," ungkap warga lainnya, Iid (38).
Rusaknya irigasi sudah dilaporkan ke instansi terkait, seperti pemerintah nagari dan PSDA, namun sampai saat ini masih saja belum ada upaya perbaikan.
"Kerusakan salurannya sangat fatal, biaya untuk perbaikannya menelan anggaran besar. Makanya kami tidak mungkin dapat memperbaiki dengan anggaran swadaya," ujarnya.
Warga berharap kepada pemerintah Kabupaten dan pemerintah Provinsi Sumbar supaya dapat segera memperbaiki irigasi yang rusak parah ini, agar usaha masyarakat di sektor pertanian terbantu.
Baca juga: Nasrul Abit Unggul di TPS 01 Sungai Aqsa Pessel, Mahyeldi Menang Telak di TPS Sendiri
Kabid Irigasi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Pesisir Selatan, Feri mengaku, pihaknya tidak mengetahui sama sekali irigasi yang rusak sejak satu tahun lalu.
Alasannya, irigasi tersebut adalah kewenangan provinsi bukan kewenangan kabupaten.
"Selama ini kami tidak mengetahui irigasi di wilayah Nagari Koto Nan Tigo itu rusak, dan selama ini warga setempat atau pemerintah nagari pun tidak ada yang melaporkan," ujarnya.
Ia menambahkan, pihaknya akan mensiasati dengan langkah melaporkan kepada pemerintah provinsi melalui proposal. Proposal tersebut terlebih dahulu dibuat oleh pemerintah nagari.
"Jika proposal sudah dibuat maka kami akan usulkan kepada pemerintah provinsi, mekanismenya begitu, untuk mendorong proposal ini cepat dibuat kami akan koordinaskian dengan pemerintah nagari setempat," tuturnya. (Buyung Al Amin)