Chief Executive Officer (CEO) SPFC, Win Bernadino mengatakan, pihaknya memang sudah mengajukan izin penggunaan stadion GHAS ke Pemprov Sumbar selaku pemilik aset untuk berkompetisi di Liga 2.
Namun, karena kondisi stadion yang akan dijadikan kandang oleh 'Kabau Sirah' belum memenuhi standar kelayakan pergelaran Liga, SPFC bersedia memperbaiki lapangan dan fasilitas GHAS agar bisa segera memenuhi standar jika dilakukan verifikasi oleh PSSI.
"Memang besar harapan kami (terhadap) biaya yang dikeluarkan oleh SPFC bisa dikompensasikan dalam sewa stadion pada saat gelaran Liga," kata Win dikonfirmasi Halonusa.com, Selasa (26/7/2022).
Win juga menanggapi pernyataan dari Kepala Dispora Sumbar, Dedi Diantolani yang menyebut bahwa SPFC merupakan tim sepakbola profesional dan bukan binaan dari Pemprov Sumbar atau Pemerintah Kabupatan dan Kota.
"Memang kami sepakat bahwa SPFC adalah klub profesional dan tidak dibantu oleh pemerintah, tapi menurut hemat kami juga yang kami ketahui, di daerah lain pemerintahnya memfasilitasi stadion yang layak memenuhi standar PSSI," ucapnya.
Dirinya juga merespons pernyataan Penasehat SPFC, Andre Rosiade yang meminta meminta Pemprov Sumbar untuk memberi keringanan sewa stadion untuk SPFC.
"Beliau menyatakan hal tersebut karena selain sebagai wakil rakyat dari Sumbar yang duduk di DPR RI, beliau juga merupakan Penasehat dari tim Semen Padang FC," katanya.
Menurutnya, dengan bermain di Stadion GOR Haji Agus Salim, banyak efek domino ekonomi yang berjalan.
"Harapan kami Pemprov juga mempertimbangkan hal ini dan mudah-mudahan ini bukan menjadi konflik. Mari kita satukan hati dan pemikiran agar bersama memajukan sepakbola Sumbar," ucapnya.
Tidak Meminta
Sebelumnya, Kepala Dispora Sumbar, Dedi Diantolani mengatakan, bahwa SPFC harus tetap membayar retribusi meski manajemen telah memperbaiki fasilitas yang ada di stadion kebanggaan masyarakat Sumbar tersebut.
Retribusi Stadion GOR Haji Agus Salim Kota Padang diatur dalam peraturan gubernur (Pergub) nomor 8 tahun 2021 tentang perubahan atas Pergub nomor 47 tahun 2018 tentang peraturan pelaksanaan peraturan daerah (Perda) nomor 1 tahun 2016 tentang Retribusi Jasa Usaha.
Dalam aturan tersebut penggunaan lapangan sepak bola Liga 1 dikenakan tarif Rp15 juta per pertandingan, Liga 2 dikenakan tarif Rp10 juta per kegiatan dalam sehari.
Kemudian, untuk Liga 3 dengan skala nasional Rp7,5 juta per pertandingan, Liga 3 Rp5 juta dan pertandingan umum Rp3 juta per kegiatan.
Dinukil dari laman Antara Sumbar, Dedi bahkan secara gamblang menyebut bahwa pihaknya tidak pernah meminta SPFC untuk memakai stadion tersebut dan memperbaiki sesuai dengan aturan baku kompetisi.
"Mereka menggunakan stadion mulai dari perbaikan hingga kompetisi usai. Tentu ini berdampak pada pendapatan nantinya karena tidak boleh disewakan kepada pihak lain," katanya.
Dirinya menyebut bahwa SPFC merupakan tim sepakbola profesional dan dan bukan binaan dari Pemprov Sumbar atau Pemerintah Kabupatan dan Kota.
"Tentu mereka harus membayar sesuai aturan yang berlaku. Biaya perbaikan yang mereka lakukan tentu itu tidak dapat disatukan ke dalam biaya sewa," ucapnya.
Dedi mengatakan, pihaknya juga ditargetkan meraup pendapatan untuk menggerakkan roda pembangunan di daerah setempat.
"Sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang mengelola Barang Milik Negara (BMN), kami juga dibebankan target pendapatan daerah," ucapnya.
Perbincangan Warganet
Permasalahan retribusi stadion tersebut bahkan sampai menjadi perbincangan warganet.
Salah satu akun yang mengulas tersebut adalah akun Instagram dengan nama pengguna @mafiabolaid.
"Ini klub nya yang terlalu baiki atau Pemprov yang tak punya empati sih.. Kalau toh pihak klub yang melakukan perbaikan, lalu dana yang sudah dicanangkan untuk perbaikan lari kemana," tulis akun tersebut.
Sejumlah warganet kemudian memberikan respons beragam di postingan tersebut.
"Lari ke anuu," ucap @adetia9678.
"Kok masih nanya lari kemana si," sahut @ambonesia.
Akun @nashor_rudin bahkan sampai menyebut Pemprov Sumbar tidak ada malu dengan tindakannya tersebut.
"Gaada malu udah," ucapnya.
"Pitih ka pitih se...," sambung @viery_sentral.
"Saya tiap joging ke dalam stadion kena karcis 3000 bos, tapi modelan stadion nya gitu2 aja, g ada perawatan signifikan," ungkap @satriaxvi. (*)