Kelaparan Bukanlah Kekurangan Makanan, Melainkan Kesendirian di Mentawai

×

Kelaparan Bukanlah Kekurangan Makanan, Melainkan Kesendirian di Mentawai

Bagikan berita
Seorang wanita mengumpulkan ikan kecil, udang, dan katak di taman talas pada musim hujan. Taro adalah ruang gender, penting secara budaya dan ekonomi bagi perempuan (2018) | Photo via Teofilus Samekmek/Leiden
Seorang wanita mengumpulkan ikan kecil, udang, dan katak di taman talas pada musim hujan. Taro adalah ruang gender, penting secara budaya dan ekonomi bagi perempuan (2018) | Photo via Teofilus Samekmek/Leiden

BAGAIMANA orang bisa mengatakan bahwa mereka lapar ketika mereka memiliki cukup makanan yang mereka miliki?

Di pulau Siberut, Indonesia, istilah 'lapar' tidak hanya mengacu pada kurangnya makanan, tetapi yang terpenting adalah tidak adanya kontak sosial untuk makan.

Berbagi makanan selama ritual lebih memuaskan daripada nilai gizi makanan itu sendiri. Demikian kesimpulan Darmanto, Ph.D.

Penelitian “Baik untuk Menghasilkan, Baik untuk Dibagikan: Makanan, Kelaparan dan Nilai Sosial dalam Komunitas Mentawaise Kontemporer”. Darmanto berhasil mempertahankan disertasinya, Kamis (26/11/2020).

Baca juga:

Baca juga: 5 Jam di ‘Europa Zwembad’ Kota Bandung, Tidak Lagi Dinikmati Anak Bergombak

Darmanto mencatat lebih dari 3.000 makanan di antara keluarga Mentawai. Penelitiannya berkontribusi pada gagasan 'pangan dan keamanan global'.

Istilah yang sering digunakan dalam pembuatan kebijakan dalam beberapa dekade terakhir.

"Anda tidak bisa hanya mempelajari ketahanan pangan dari segi ekonomi atau gizi saja," kata Darmanto.

"Definisi sosial dan budaya dari kelaparan juga penting untuk masalah ketahanan pangan," ujarnya menambahkan.

Pangan, menurut Darmanto, tidak hanya merupakan kebutuhan biologis, tetapi juga memiliki peran sosial dan budaya yang besar dalam kehidupan masyarakat Mentawai.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini