Kisah Kelam di Balik Tempat Wisata Lubang Tambang Mbah Soero Sawahlunto, Bikin Merinding!

×

Kisah Kelam di Balik Tempat Wisata Lubang Tambang Mbah Soero Sawahlunto, Bikin Merinding!

Bagikan berita
Cagar Budaya Lubang Tambang Mbah Soero di Kota Sawahlunto. (Foto: BPCB Sumbar)|Visualisasi pekerja orang rantai di Terowongan Mbah Soero (foto: nstagram @puntowijayanto)
Cagar Budaya Lubang Tambang Mbah Soero di Kota Sawahlunto. (Foto: BPCB Sumbar)|Visualisasi pekerja orang rantai di Terowongan Mbah Soero (foto: nstagram @puntowijayanto)

HALONUSA.COM - Terowongan Lubang Tambang Mbah Soero merupakan salah satu destinasi wisata di Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar) yang wajib kamu kunjungi.

Di sisi lain, Terowongan Lubang Mbah Soero juga menyimpan sejarah kelam terkait kengerian nasib pekerja tambang saat itu yang bikin merinding.

Jika kamu ada rencana kunjungan wisata Tahun Baru 2023 di Sawahlunto, tempat wisata ini berada di Jalan Abdurrahman Hakim, Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar.

Tempat wisata yang dikemas berbentuk museum itu buka dari pukul 08.00-16.00 pada Senin sampai Jumat, serta pukul 09.00-17.00 pada Sabtu dan Minggu.

Baca juga:

Berikut, Halonusa.com rangkum sejarah kelam Terowongan Lubang Mbah Soero sebagai rekomendasi destinasi wisata liburan Tahun Baru 2023.

Sejarah Kelam Terowongan Lubang Mbah Soero

Di sekitar Museum Lubang Tambang Soero, terdapat cagar budaya bekas tambang berupa penampakan terowongan yang penuh kengerian.

Lubang sedalam 1,5 kilometer ini, merupakan bekas penambangan batu bara yang mana, nama Soero, diambil dari salah satu pekerja tambang batu bara kala itu.

Jika ingin menyusuri ke dalamnya, wisatawan disarankan menggunakan helm pengaman dan mengikuti panduan pemandu wisata yang memberikan layanan dengan ceritakan kisah horor.

Menurut sejarahnya, Mbah Soero menyuarakan nasib 'orang rantai' yang terikat kakinya saat dipekerjakan paksa pada tambang tersebut, agar segera berakhir.

Melansir getlost, mereka berasal dari berbagai penjuru Nusantara dan disebut sebagai narapidana Hindia Belanda dengan upah kecil, bahkan hanya dapatkan jatah makan seadanya.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini