Kisah Padang Ditawan Bajak Laut Prancis hingga Kontroversi Lagu Kebangsaan Copypaste

×

Kisah Padang Ditawan Bajak Laut Prancis hingga Kontroversi Lagu Kebangsaan Copypaste

Bagikan berita
Sketsa pelabuhan Padang karya Charles van de Velde, sekitar tahun 1843-1845. (Tropenmuseum/Wikimedia Commons).
Sketsa pelabuhan Padang karya Charles van de Velde, sekitar tahun 1843-1845. (Tropenmuseum/Wikimedia Commons).

HALONUSA.COM – Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pernah menjadi tawanan para bajak laut asal Prancis, mereka menduduki pantai barat Sumatera, Indonesia selama dua pekan dua hari atau 16 hari, medio Desember 1793.

Aksi para bajak laut asal Prancis juga mendapat dukungan dari pemerintahan negara mereka, dan lagu La Marseillaise (lagi kebangsaan Prancis) kala masa itu berkumandang yang dinyanyikan para gerombolan bajak laut Le Meme, yang merupakan pemimpin bajak laut Prancis.

Le Meme lahir dengan nama Francois Thomas Le Meme, Le Meme merupakan pirate terkenal, ia bahkan telah menjelajahi Hindia (Indonesia yang sekarang-red) dengan alibi berdagang pada 1791, mengitari Selat Sunda dan perairan barat Sumatera dengan menggunakan kapal Hirondelle.

Penguasaan Padang oleh bajak laut Prancis ditandai dengan berkibarnya bendera tricolor di Padang dan menyanyikan lagu Marseillaise, tepat perang Revolusi Prancis pecah, menukil Memikir Ulang Regionalisme Suamtera Barat, 1950-an karya Gusti Asnan.

Baca juga:

Menurut sebagian mars La Marseillaise sangat mengandung narasi mengandung agitasi yang memicu pemberontakan, yang kemudian lagu kebangsaan Prancis itu mendapat larangan untuk dikumandangkan dimasa Napoleon dan Napoleon III berkuasa.

Pelarangan mengumandangkan lagu kebangsaan Prancis, La Marseillaise yang berjudul asli Chant de guerre pour l'Armée du Rhin berdasar dekrit, 14 Juli 1795. Yaang mana larangan itu pun berakhir 1830 era Napoleon menjabat sampai pada penghujung 1879 lagu kebangsaan itu tidak terubah.

Berpindah ke Padang, Sumatera Barat, para bajak laut asal Prancis melakukan pembajakan terhadap kapal-kapal Belanda, Inggris, bahkan meminta denda terhadap penduduk di Padang.

Kemampuan warga Padang kala itu memberikan kebutuhan makanan yang telah ditentukan (ransum) hanya 25.000 ringgit, dari jumlah uang yang telah ditentukan 70.000 ringgit kepada gerombolan Le Meme.

Menurut catatan Nusantara, perairan Indonesia di masa itu sangat rawan gerombolan bajak laut, dan secara nyata sampai sekarang perairan Indonesia tidak lepas dari pencurian ikan dari negara-negara asing.

Keberadaan Le Meme di Padang mengincar kongsi dagang Belanda dan Inggris berjalan mulus, nyaris tidak ada perlawanan sama sekali dari VOC, Inggris yang gerah kemudian melakukan perlawanan gencatan senjata.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini