Lebih dari 99% perdagangan kopi dunia didominasi jenis arabika dan robusta.
Kopi di Eropa pertama kali menyebar di abad ke-15 melalui jual beli antara orang-orang Eropa dan para pedagang Arab.
Kemudian minuman kopi menyebar pesat di Eropa. Hingga kemudian mereka berhasil membudidayakan tanaman kopi hingga Asia dan Amerika.
Sejak itu kopi menjadi komoditas yang sangat populer dan menjadi kedua terbesar yang di di perdagangkan secara global setelah minyak bumi.
Tanaman Arabica dan Deskripsinya
Batang
Pohon kopi arabika memiliki perakaran yang dangkal, sekitar 30 cm dari permukaan tanah.
Dalam keadaan yang terawat pohon ini tumbuh seperti perdu, tingginya sekitar 2-3 meter. Namun bila tidak dipangkas bisa tumbuh hingga 5 meter.
Terdapat dua tipe cabang pada tanaman kopi arabika, yakni cabang yang tumbuh vertikal dan horizontal.
Daun
Pada literatur Budidaya tanaman kopi. Penerbit Kanisius, Jakarta. AAK. 1988. Tanaman kopi arabika memiliki daun yang kecil, panjangnya 12-15 cm dan lebar sekitar 6 cm.
Warna daun hijau mengkilap seperti dilapisi lilin. Pada sela daun tumbuh mata tunas.
Mata tunas ini bisa menjadi bunga atau menjadi cabang tergantung kondisi.
Bunga
Bunga tumbuh dari mata tunas yang terletak di sela daun. Bunga menyerbuk sendiri, penyerbukan biasanya terjadi di pagi hari dengan bantuan angin atau serangga.
Hujan yang mengguyur saat penyerbukan bisa menggagalkan proses penyerbukan.
Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan hingga menjadi buah siap panen sekitar 6 sampai 9 bulan.
Buah
Buah kopi arabika lebih besar dibanding robusta. Buah tersebut akan rontok dari tangkainya saat matang.
Jadi perlu pemanenan yang hati-hati sebelum buah rontok.
Habitat tanaman kopi arabika terletak di antara 20° Lintang Selatan dan 20° Lintang Utara bumi.
Di daerah subtropis, tanaman ini bisa ditanam di dataran rendah. Suhu udara sangat mempengaruhi pertumbuhan.
Bila terlalu panas pertumbuhan tanaman terlalu cepat dan bunga keluar terlalu awal. Tanaman pun rentan terhadap serangan hama karat daun.
Sedangkan bila suhu terlalu rendah pertumbuhannya lambat, akan banyak cabang-cabang sekunder dan tersier yang mengganggu pertumbuhan buah.
Di Indonesia, tanaman kopi arabika hanya bisa tumbuh dengan baik di ketinggian 1.000-2.000 meter dari permukaan laut.
Tanaman tersebut masih bisa tumbuh di dataran lebih rendah, hanya saja pertumbuhannya tidak optimal dan mudah terserang penyakit karat daun.
Secara umum kopi arabika membutuhkan curah hujan 1.500-2.500 mm per tahun. Dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan dalam setahun.
Suhu udara yang dikehendaki tanaman ini ada pada kisaran 15-25°C.
Sejarah Ditemukan Tanamn Kopi Arabica
Tidak ada yang tahu persis kapan tanaman kopi arabika pertama kali dibudidayakan.
Namun hampir semua literatur menyetujui tanaman ini berasal dari Abyssinia, sebuah daerah di Afrika yang kini mencakup negara Etiopia dan Eritrea.
Asal-usulnya berasal dari sekitar 1.000 SM di dataran tinggi Kerajaan Kefa, yang sekarang menjadi Ethiopia.
Di Kefa, suku Oromo memakan bean, menghancurkannya dan mencampurnya dengan lemak untuk membuat bola seukuran bola pingpong.
Bola-bola itu dikonsumsi untuk alasan yang sama dengan kopi yang dikonsumsi hari ini, sebagai stimulan .
Dari Abyssinia kopi arabika dibawa oleh bangsa Arab ke Yaman, kemudian bangsa Eropa menyebarkannya ke seluruh dunia.
Kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan oleh bangsa Arab. Literatur paling tua tentang biji kopi berasal dari catatan Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi, seorang ahli kedokteran yang hidup di abad ke-9.
Orang-orang Eropa mulai mengenal kopi dari para pedagang Arab pada abad ke-16.
Menurut Wiliam H. Ukers. Dalam bukunya All about coffee tahun1922. The Tea and Coffee Trade Journal Company. New York.
Komoditas tersebut diperdagangkan di pelabuhan Mocha, Yaman. Untuk sekian abad lamanya pedagang Arab memonopoli perdagangan biji kopi.
Hingga pada tahun 1616 seorang Belanda berhasil membawa tanaman kopi arabika ke luar dari pelabuhan Mocha.
Terdapat dua macam kopi arabika yang dibawa orang-orang Eropa dari Yaman.
Pertama, kultivar yang dibawa ke Jawa kemudian menyebar ke Asia Selatan dan Amerika Tengah dikenal sebagai Typica.
Kedua, kultivar yang di bawa ke Brasil lewat La Reunion dikenal sebagai Bourbon,
[caption id="attachment_24729" align="aligncenter" width="600"]

Kedua kultivar tersebut dipercaya menjadi sumber tanaman kopi arabika yang ada saat ini.
Di akhir abad ke-17 bangsa-bangsa Eropa mulai memproduksi sendiri tanaman kopi di daerah jajahan mereka yang tersebar di Asia dan Amerika.
Mereka mulai menguasai perdagangan biji kopi dunia sekaligus mengakhiri dominasi para pedagang Arab.
Hampir semua kopi yang diperdagangkan saat itu berjenis arabika. Belanda menjadi pemasok kopi terbesar dunia dengan basis produksi di Indonesia, lihat sejarah kopi.
Mengutip dari Gabriela Teggia and Mark Hanuz. A Cup of Java 2003. Equinox Publishing, Jakarta – Singapore.
Pada tahun 1878 hampir seluruh perkebunan kopi di Indonesia mengalami kerusakan karena wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix.
Kemudian Belanda mengganti tanaman yang rusak dengan jenis liberika.
Berselang 12 tahun tanaman kopi liberika mengalami serangan penyakit yang sama.
Setelah melakukan riset, pada tahun 1907 Belanda kembali mengganti liberika dengan robusta.
Sejak saat itu perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh tanaman kopi robusta.
Secara nasional produksi kopi arabika di Indonesia hanya 17% sedangkan robusta hampir 83%.
Sisanya dengan angka yang tidak signifikan terdapat jenis liberika dan excels dalam kutipan Areal dan Produksi. Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI).
Saat ini kopi arabika banyak dihasilkan oleh negara-negara di Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Afrika.
Brasil merupakan negara penghasil kopi arabika terbesar di dunia, diikuti Kolombia dan Etiopia.
Arabica adalah, tanaman yang di hasilkan dari tanaman Coffea Arabica.
Dalam kutipan Coffea arabica L. ITIS. Spesies tanaman Coffea Arabica mendapatkan namanya sekitar abad ke-7, ketika biji-bijan tersebut melintasi Laut Merah dari Ethiopia ke Yaman saat ini dan Arabia bagian bawah, maka istilah "arabika".
Nama ilmiah kopi arabika adalah Coffea arabica. Carl Linnaeus, ahli botani asal Swedia, menggolongkannya ke dalam keluarga Rubiaceae genus Coffea.
Sebelumnya tanaman ini sempat diidentifikasi sebagai Jasminum arabicum oleh seorang naturalis asal Perancis.
Kopi arabika menurut Coffea arabica (Arabica coffee). KEW Royal Botanic Gardens menduga sebagai spesies hibrida hasil persilangan dari Coffea eugenioides dan Coffea canephora.
Dalam literatur Specialty Coffee Association of America (SCAA) yang berjudul Coffee Plants of The World. Kopi arabika memiliki banyak kultivar, galur dan klon.
Kebanyakan jenis yang ada saat ini bersumber dari kultivar Typica dan Bourbon yang dibawa dari Yaman.
Kultivar Typica memiliki buah lebih besar, namun produktivitasnya lebih rendah.
Sedangkan kultivar Bourbon memiliki daun yang lebih lebar, buah lebih membulat dan batang yang tegak. (*)