Seperti diketahui, gempa magnitudo 7,8 yang melanda Turki dan Suriah ini sudah menewaskan 7.826 orang hingga Rabu 8 Februari 2023.
Laporan dari berbagai media Turki menyebutkan pemain sepakbola Paris Saint-Germain tersebut segera mengucurkan dana sebesar Rp52 miliar.
Merujuk sumber-sumber di Turki, Lionel Messi telah meminta yayasannya, Leo Messi Foundation, untuk mengirimkan bantuan ke lokasi gempa.
Leo Messi Foundation atau Fondacion Leo Messi ialah yayasan keluarga yang peduli pada kesehatan dan pendidikan anak-anak dunia.
Kakak kandung Leo, Matias Messi, mengorganisir kegiatan lembaga yang bermitra dengan UNICEF.
Organisasi di bawah PBB, UNICEF ialah agen dunia yang bertanggung jawab menyediakan bantuan kemanusiaan dan perkembangan bagi anak-anak di seluruh penjuru jagat.
Sejumlah media melaporkan, bintang Argentina yang juga merupakan Duta UNICEF, telah mendonasikan bantuan sejumlah 3,5 juta euro atau setara lebih dari 52,9 miliar rupiah.
Bintang asal Paris Saint-Germain, Lionel Messi, memberi contoh tindakan nyata peduli kemanusiaan. Sebagai Duta UNICEF, suatu ketika Leo Messi pernah menyatakan “Setiap anak berhak untuk tumbuh dengan sehat”.
Jumlah Korban Gempa Turki dan Suriah
Sementara itu, Organisasi sukarelawan Suriah, White Helmets memperkirakan jumlah korban tewas akan terus bertambah. Tim penyelamat juga terus bekerja mengevakuasi para korban gempa bumi.
“Jumlahnya diperkirakan akan meningkat “secara signifikan,” demikian keterangan White Helmet kepada AFP.
Kemudian menurut seismolog, gempa berkekuatan 7,8 SR yang melanda Turki dan Suriah pada Senin 6 Februari 2023 kemungkinan akan menjadi salah satu gempa yang paling mematikan dalam dekade ini.
Gempa ini memiliki retakan lebih dari 100 km (62 mil) antara lempeng Anatolia dan Arab. Inilah yang dikatakan para ilmuwan terjadi di bawah permukaan bumi.
Melansir Reuters, pusat gempa Turki-Suriah berada sekitar 26 km sebelah timur kota Nurdagi di Turki pada kedalaman sekitar 18 km di Patahan Anatolia Timur.
Gempa menyebar ke arah timur laut, membawa kehancuran ke Turki tengah dan Suriah. Selama abad ke-20, Patahan Anatolia Timur menghasilkan sedikit aktivitas seismik besar.
“Jika kita hanya melihat gempa (besar) yang direkam oleh seismometer, itu akan terlihat seperti ruang kosong,” kata Roger Musson, rekan peneliti kehormatan di British Geological Survey. (*)