Mendeteksi Pengaruh Fenomena Atmosfer Terhadap Cuaca Buruk, Ini Kata Ilmuwan Jepang Meiji Honda

×

Mendeteksi Pengaruh Fenomena Atmosfer Terhadap Cuaca Buruk, Ini Kata Ilmuwan Jepang Meiji Honda

Bagikan berita
Ilustrasi skema fitur yang mungkin terkait dengan fase rendah cutoff yang menunjukkan aliran jet berkelok-kelok, tekanan jatuh, presipitasi, hujan, awan naik, langit cerah: hubungan penggambaran antara troposfer atas dan permukaan. Credit: Niigata Univers
Ilustrasi skema fitur yang mungkin terkait dengan fase rendah cutoff yang menunjukkan aliran jet berkelok-kelok, tekanan jatuh, presipitasi, hujan, awan naik, langit cerah: hubungan penggambaran antara troposfer atas dan permukaan. Credit: Niigata Univers

HALONUSA.COM - Para peneliti di Jepang bersama institusi lainnya mengusulkan terkait penelitian skema pencarian terhadap keekstreman Troposfer (lapisan atmosfer terendah yang tebalnya kira-kira sampai dengan 20 kilometer di atas permukaan Bumi-red) melalui cut-off low (siklon inti yang dingin pada trosper yang berkembang di atas palung-red).

Penelitian troposfer sebelumnya pernah tertunda yang kemudian kehilangan jaringan dengan wilayah bagian kutub. Yang sebelumnya terindentifikasi secara lokal dari ketinggian bidang geopotensial dalam kisaran 500-200-hPa.

Walau kebanyakan pola cut-off low hanya pada skala spasial dan temporal sinoptik dengan radius ratusan kilometer da memakan waktu beberapa hari.

Dr. Meiji Honda dan rekan kerjanya dari Fakultas Sains, Universitas Niigata dan institusi lain mengaitkan Cut-off low dengan gangguan skala meso (Skala meso yaitu skala untuk mempelajari fenomena atmosfer yang memiliki skala jarak horizontal dari batas skala mikro sampai batas skala sinoptik dan skala vertikal yang dimulai dari permukaan bumi sampai batas lapisan atmosfer, yaitu jaraknya sampai 20 km-red), yang menyebabkan peristiwa cuaca buruk.

Baca juga:

Seperti curah hujan deras dengan berbagai intensitas yang kemudian berdampak banjir bandang, tanah longsor, tornado, dan badai petir bahkan bisa sampai terjadi hujan es.

"Sangat penting untuk memahami cutoff low secara detail dan hubungan potensialnya dengan gangguan skala meso," ujar Dr. Meiji Honda.

Skema yang telah diusulkan itu diterapkan pada ketinggian geopotensial 200-hPa pada pukul 12.00 UTC, 13 April 2015, tepatnya saat titik terendah di atas Laut Kuning. Para peneliti telah menjelaskan konsep dasar skema yang diusulkan menggunakan profil ketinggian geopotensial satu dimensi (1D) longitudinal dan diperluas untuk bidang ketinggian dua dimensi (2D).

Dr. Honda merangkum penelitian ini sebagai: “Siklon troposfer atas (batas terendah) sering dikaitkan dengan fenomena berbahaya, seperti tornado.

"Kami mengusulkan indeks cut-off low (indeks COL) baru berdasarkan skema numerik otomatis, yang mengekstrak lokasi, intensitas, ukuran dari snapshot data peta cuaca troposfer atas," kata Dr. Meiji Honda.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan
Berita Terkait
Terkini