Mengenal NII, Kelompok Teroris yang Punya 1.125 Anggota di Sumbar

×

Mengenal NII, Kelompok Teroris yang Punya 1.125 Anggota di Sumbar

Bagikan berita
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII), Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. (Foto: Dok. Istimewa)
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII), Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. (Foto: Dok. Istimewa)

HALONUSA.COM - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) merilis sebanyak 1.125 orang terduga teroris dari kelompok Negara Islam Indonesia (NII) bermukim di Sumatera Barat (Sumbar).

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Mabes Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan menyebut, mereka tersebar di Kabupaten Dharmasraya dan Tanah Datar.

Rincinya, 833 orang ada di Kabupaten Dharmasraya, sementara 292 anggota lainnya berada di Kabupaten Tanah Datar.

"Dari jumlah sebanyak itu, 400 orang merupakan personel aktif, selebihnya non-aktif atau sudah berbaiat namun belum aktif dalam kegiatan NII, namun sewaktu-waktu bisa diaktifkan jika diperlukan," katanya, Selasa (14/2/2022).

Baca juga:

Dilansir dari berbagai sumber, NII didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar). NII juga memiliki nama lain, yakni Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Sebelum pendeklarasian Republik Indonesia pada 7 Agustus 1945, pemberontakan akibat intrik marak terjadi seiring dengan waktu kekosongan kekuasaan (Vacuum of Power), dimana pada saat itu, Jepang yang menjajah Indonesia saat itu sudah kewalahan menghadapi perlawanan rakyat hingga aturan kenegaraan tak berjalan sebagaimana mestinya.

NII atau DI/TII merupakan wadah perjuangan membantu kedaulatan Republik Indonesia. Namun, di tengah jalan, NII membelot dan mengambil alih kekuasaan di tatar Parahyangan.

Dalam artikel berjudul 'Negara Islam dan Kartosoewirjo (Konsepsi Gerakan Politik, Militer dan Agama) karya Miftakhur Ridlo menyebut bahwa Kartosoewirjo mempunyai karisma yang cukup kuat.

"Ia memiliki ideologi politik Islam yang anti penjajahan dengan menjadikan Islam sebagai satu-satunya jalan ke depan," tulisnya dinukil dari laman garuda.ristekdikti.go.id.

Sebagai pendiri, pria kelahiran Cepu, Jawa Tengah (Jateng) pada 7 Februari 1905 tersebut merasa tak puas atas ketidaktegasan Indonesia dalam melawan penjajah. Ia berupaya membawa ideologi Islam di setiap perjuangannya.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini