Mengenal Pejuang Tak Tercatat, Si Patai dan Perjuangannya

×

Mengenal Pejuang Tak Tercatat, Si Patai dan Perjuangannya

Bagikan berita
Mengenal Pejuang Tak Tercatat, Si Patai dan Perjuangannya
Mengenal Pejuang Tak Tercatat, Si Patai dan Perjuangannya

Kebijakan baru ini dilawan oleh urang awak. Nagari Air Bangih, Painan, Padang Panjang mengeluarkan resolusi penentangan. Luhak Agam tidak memenuhi undangan kepala laras saat sosialisasi. Ada juga yang berunjuk rasa ke kantor asisten residen di Bukittinggi. Dalam aksinya demonstran merobek blanko pembayaran belasting.

Karena Belanda memaksakan kehendaknya, 15 Juni meletus perang Kamang. Esok harinya, Pasukan 17 pimpinan Mande Siti menyerbu tangsi Belanda di Manggopoh. Di Lubuk Alung, pasukan berjubah putih bertempur habis-habisan dengan sandi perang “Allahu akbar!!!”.

Di sekitar Padang, pemberontakan dipimpin oleh Si Patai, dari kalangan dunia hitam. Mula-mula Si Patai memimpin gerombolannya membuat onar di Pauh. Beberapa pegawai pemerintah dibunuh. Perlawanan Pauh mirip seperti perang gerilya. Jika tentera berpatroli, rakyat seperti tidak acuh saja. Yang di ladang terus bekerja.

Bila berpapasan di jalan, mereka meletakkan ujung jarinya seperti prajurit menghormat pada perwira. Kalau jumlah yang berpatroli sedikit, ketika hendak kembali ke Padang, mereka dihadang di pesawangan. Tapi yang paling sering ialah mereka merampoki rumah orang-orang kota yang bekerja sama dengan pemerintah di tengah malam. Si Patai aktornya.

Melihat itu, akhirnya Belanda meminta bantuan ke Batavia untuk mengirimkan marsose, pasukan elite belanda untuk menangkap Si Patai.

“Perang belasting hanyalah momentum yang dimanfaatkannya (Si Patai–red) saja dalam upaya menggulingkan pemerintahan,” tulis Rusli Amran, pendiri dan pemimpin redaksi Harian Berita Indonesia, koran pertama yang terbit di zaman Indonesia merdeka.

Untuk meringkusnya, pemerintah kolonial mengandalkan dua orang Mantri Polisi Padang yang baru diangkat pada 1905, Bariun Sutan Batang Taris dan Abdullah Umar Marah Saleh Siregar.

Suatu hari, Batang Taris mendapat laporan Si Patai dan Sampan sedang berada di lapau Ma Anjang di Air Pacah. Pukul 00.00 WIB sebanyak 24 tentara bersenjata lengkap bergerak ke sana. Rombongan ditambah lagi dengan sejumlah pegawai dari Alai. Semua berjumlah tidak kurang 35 orang.

Pukul empat pagi lapau Ma Anjang dikepung rapat. Batang Taris berteriak menyeru tantangan. Bukannya gentar, Si Patai melompat keluar seraya menyerang Batang Taris dengan kelewangnya. Seorang serdadu Belanda yang coba-coba ikut campur, kena sabetan kelewang Patai.

Sejurus kemudian…door! Si Patai tersungkur. Mukanya kena peluru. Saat tergeletak di tanah, seorang tentara menembaknya dari jarak dekat. Sebutir peluru menembus dadanya. Si Patai tak berkutik.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini