Dalam hal sejarah, Minangkabau tidak mengenal budaya tulis atau gambar. Melainkan hanya dengan 'bakaba' atau bercerita.
Karena hal tersebut, sejarah tentang Minangkabau memiliki banyak versi. Satu-satunya tulisan tentang sejarah Minangkabau hanya tertera di dalam Tambo.
Berikut akan dibahas tentang Minangkabau sesuai dengan Tambo yang ditulis setelah Islam masuk ke Ranah Minang.
Kata Minangkabau mengandung banyak pengertian. Kata tersebut tidak hanya merujuk pada nama desa yang terletak di Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Tetapi juga merujuk pada entitas suatu suku, bahasa dan budaya.
Secara geografis, Minangkabau terdiri dari daratan Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian barat Jambi, bagian utara Bengkulu, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia.
Nama Minangkabau sendiri berasal dari kata manang yang berarti menang dan kabau yang berarti kerbau. Nama itu diketahui dari sejarah yang ditulis di dalam Tambo.
Kisahnya berawal pada saat kerajaan Pagaruyung yang dipimpin raja Adityawarman yang akan ditaklukan oleh pasukan Majapahit.
Untuk mencegah pertempuran, penasehat raja mengusulkan adu kerbau sebagai pengganti peperangan. Jika kerbau dari pihak raja yang kalah, maka kerajaan akan diserahkan pada pasukan Majapahit.
Sebaliknya, jika menang, pasukan Majapahit diminta untuk kembali ke Jawa. Akhirnya, usulan tersebut juga disetujui oleh pasukan Majapahit.
Singkat cerita, adu kerbau dimenangkan kerajaan Pagaruyung. Kemenangan tersebut pada akhirnya menginspirasikan masyarakat memakai nama Minangkabau, kata yang berasal dari ujaran “manangkabau” yang artinya kerbau yang menang.
Untuk mengenang kemenangan tersebut, masyarakat membuat sebuah rangkiang (Rumah Gadang) yang atapnya mengikuti bentuk tanduk kerbau.
Kisah mengenai Minangkabau ini juga bisa ditemukan dalam Hikayat Raja-raja Pasai. Dalam hikayat itu tertulis bahwa kemenangan adu kerbau tersebut menjadikan kawasan yang sebelumnya bernama Pariangan menjadi Minangkabau.
Sementara untuk nenek moyang masyarakat Minangkabau berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Kisah di dalam Tambo ini juga terdapat pada hikayat Sulalatus Salatin.
Dalam hikayat itu tertulis bahwa masyarakat Minangkabau pernah mengutus wakilnya untuk meminta Sang Sapurba (seorang keturunan Iskandar Zulkarnain) untuk menjadi raja mereka.
Kisah ini diragukan kebenarannya oleh para ahli karena terdapat kontradiksi. Maksudnya, kalaupun benar Sang Sapurba datang untuk menjadi raja, kenyataannya kawasan tersebut telah membentuk kelompok masyarakat yang sudah pasti memiliki nenek moyang.