Nama Rumah Gadang, Dua Sistem Kelarasan Menjadi Garis Besar Dalam Arsitektur Bangunan 

Nama Rumah Gadang, Dua Sistem Kelarasan Menjadi Garis Besar Dalam Arsitektur Bangunan 
Nama Rumah Gadang, Dua Sistem Kelarasan Menjadi Garis Besar Dalam Arsitektur Bangunan. (Foto: Shutterstock/Halonusa)
HALONUSA.COM – Rumah Gadang merupakan rumah adat Minangkabau yang menjadi bangunan khas daerah Sumatera Barat.

Rumah Gadang juga disebut juga dengan Rumah Bagonjong atau rumah Baanjuang oleh masyarakat setempat.

Arsitektur bangunan Rumah Gadang merupakan peninggalan tidak tertulis dalam Tambo Alam Minangkabau yang merupakan ciri dari kebesaran kebudayaan Minangkabau masa lalu.

Bangunan Rumah Gadang merupakan bangunan yang lahir pada masyarakat Minangkabau dan memang bertaut pada kebudayaan masyarakat Minangkabau itu sendiri.

Tinjauan terhadap model, denah, morfologi dan spesifikasi bangunan, hubungan antar elemen serta kompleksitas bangunan berdasarkan tempat sebuah bangunan tersebut berada.

Beberapa karakteristik dari arsitektur Rumah Gadang dapat kita lihat, tingkat atau derajat kespesifikan budaya atau tempat.

Betapa pun perubahan itu terjadi, namun arsitektur bangunan Rumah Gadang yang dapat terlihat sekarang adalah merupakan pengaruh langgam bangunan masa lampau.

Mengutip dari situs resmi Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat tentang garis besar model Rumah Gadang yang terbagi atas sistim keselarasan Minangkabau.

Kedua Sistem Kelarasan Menjadi Garis Besar Model Rumah Gadang


Secara garis besar model Rumah Gadang terbagi atas dua kelompok besar yang dibagi berdasarkan kepada dua kelarasan atau hukum adat yang berlaku di dalam masyarakat Minangkabau.


  • Sistem Kelarasan Koto Piliang




Ciri dari model Rumah Gadang yang menggunakan sistem kelarasan Koto Piliang ini adalah memiliki anjuang atau anjungan yang terdapat pada bagian kiri dan bangunan.

Anjungan merupakan tempat terhormat di dalam suatu Rumah Gadang yang ditinggikan beberapa puluh sentimeter dari permukaan lantai bangunan.


  • Sistem Kelarasan Bodi Caniago.




Sedangkan pada Rumah Gadang yang menggunakan sistem kelarasan Bodi Caniago tidak mengenal istilah anjuang.

Jadi bagian lantai Rumah Gadang mulai dari bagian ujung sampai pangkal mempunyai ketinggian lantai yang sama.

https://halonusa.com/fungsi-rumah-gadang-sebagai-manifestasi-kehidupan-masyarakat-minangkabau/

Nama - Nama Rumah Gadang Sebagai Rumah Adat Minangkabau


Gonjong Ampek Baanjuang


Rumah adat ini merupakan rumah adat Minangkabau dari rumah adat lainnya.

Bangunan Rumah Gadang dengan gonjong Ampek (empat) merupakan suatu keharusan di kawasan Luhak Nan Tigo, dan ini sebuah pertanda adat, walaupun bangunannya lebih dari 7 ruang.

Ciri bangunan beranjung adanya tambahan anjung pada kiri dan kanan bangunan.

Gonjong Anam


Bangunan ini sebenarnya bentuk dasarnya adalah bangunan Gajah Maharam, yang telah dimodifikasi, kemudian di tempelkan ukiran, kesannya seperti bangunan beranjung, padahal tidak.

Salangkonya memakai papan, bukan anyaman bambu, dan jendela dibuat lebih banyak agar cahaya lebih banyak masuk ke bangunan, jadi bangunan ini lebih maju (modern).

Dalam perkirakan ini adalah bentuk transformasi bentuk Gajah Maharan ke bangunan Beranjung.

Rumah Gadang Batingkek


Model bangunan bergonjong empat dan bertingkat, banyak ditemukan di sekitar Singkarak, Kab. Solok.

Model Model bangunan Gajah Maharam bertingkat di desa Pasir, Singkarak, Kab. Solok.

Sayangnya, jenis bangunan termasuk langka dan tidak banyak lagi bangunan ini ada di Sumatera Barat.

Rumah Gadang Surambi Papek


Ciri bangunan ini adalah pengakhiran kiri dan kanan bangunan yang disebut bapamokok (papek) dalam bahasa Minang.

Umumnya pintu masuk dari belakang dan ada pula yang membuatnya dari depan.

Tipe bangunan Surambi Papek, di Koto Marapak Bukit Tinggi banyak dimodifikasi, karena orang tidak selalu menyukai masuk dari belakang rumah, jadi pintu masuk dipindahkan ke depan dan tidak jarang juga diberi serambi, dengan anak tangga dua buah.

Masuk dari belakang rumah (dapur) ini mengukuhkan prinsip bahwa yang punya rumah sebenarnya perempuan, laki-laki (menantu) hanya menumpang.

Model bangunan Surambi Papek, bergonjong empat, di Bukittingg jaman kolonial, penggunaan semen untuk tangga masuk yang di rubah di depan bangunan.

Rumah Gadang Gonjong Limo.


Model bangunan bergonjong lima banyak berlokasi di kota Payakumbuh, Luhak Limo Puluah Koto (50 Kota).

Ciri bangunan Gonjong Limo adalah adanya tambahan gonjong pada bagian kiri atau kanan bangunan.

Pengakhiran bangunannya mirip dengan Gajah Maharam, dengan pengakhirannya tidak menggunakan anjung  sebab bangunan ini sebenarnya ada anjung. Istilah Puncak limo dan Rajo Babandiang.

Rumah Gadang Gajah Maharam


Secara keseluruhan rumah ini terbuat dari bahan kayu dan atap yang berbahan seng. Arah hadap bangunan adalah arah utara.

Rumah Gadang Gajah Maharam memiliki gonjong sebanyak lima buah, empat buah di bagian atap dan sebuah di bagian depan sebagai pelindung tangga masuk rumah.

Berdasarkan dari beberapa informasi, jenis kayu sebagai bahan utama komponen bangunan adalah kayu Juar, Surian dan ruyung (pohon kelapa).

Dinding pada Timur, Barat dan Selatan rumah di gunakan Sasak. Rumah adat ini mempunyai denah empat persegi panjang dengan jumlah tiang penopang bangunan yang berjumlah 30 buah.

Pada bagian dalam bangunan terdapat 4 buah kamar yang terletak pada sisi selatan bangunan yang berjejer arah Timur-Barat.

Pada masing-masing pintu kamar ini terdapat ukiran-ukiran bermotif flora berupa les pintu.

Sedangkan pada bagian atas pintu kamar terdapat ukiran berbentuk setengah lingkaran dengan motif flora dan mahkota. Perkirakan motif mahkota ini terpengaruh oleh masa kolonial.

Rumah Gadang Ganjong Sibak Baju.


Rumah ini memiliki ciri pengukiran yang mirip sibak baju atau belahan baju namun bangunan dasar dari bangunan ini tetap mengacu kepada desain Gajah Maharam. (*)

Berita Lainnya

Index