'On Dangerous Ground': Amerika Serikat tak Tinggalkan Laut Tiongkok Selatan

×

'On Dangerous Ground': Amerika Serikat tak Tinggalkan Laut Tiongkok Selatan

Bagikan berita
Penulis buku 'On Dangerous Ground: America’s Century In The South China Sea', Gregory B Poling. (Foto: Dok. Istimewa)
Penulis buku 'On Dangerous Ground: America’s Century In The South China Sea', Gregory B Poling. (Foto: Dok. Istimewa)

Itu semua dilakukan supaya mereka bisa berbuat apa saja, sebab mereka merasa lebih kuat dari negara Asean lainnya.

"Disinilah kami harus punya peran mendukung negara-negara aliansinya seperti Filipina," ucapnya.

Gregory menilai pemerintah di negara Asean tak berani bersuara lantaran takut akan sanksi ekonomi dari Tiongkok berupa tak investasi dan pelarangan ekspor.

Laut Tiongkok Selatan dinilai 'seksi' dan menjadi rebutan sejumlah negara di sekitarnya.

Perairan tersebut memiliki banyak pulau berukuran kecil dan besar.

Beberapa yang terkenal adalah Pulau Pratas, Spratly, dan Paracel yang diperebutkan negara-negara Asean seperti Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, hingga Filipina.

Tiongkok menjadi pengeklaim atas 80 hingga 90 persen wilayah di Laut China Selatan dengan alasan sejarah memantik ketegangan antara China-Filipina dan Cina-Taiwan.

Perebutan kawasan tersebut karena Laut Tingkok Selatan menjadi pintu gerbang komersial terpenting jalur pelayaran dan sebagian besar industri logistik di berbagai belahan dunia.

Laut tersebut merupakan jalur penghubung terefektif dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia yang menghubungkan Asia Timur dengan India, Asia Barat, Eropa dan Afrika.

Bahkan, perairan tersebut memiliki cadangan minyak dan gas yang signifikan.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini