HALONUSA.COM – Tatanan ideal adat Minangkabau telah mengatur sedemikian rupa peran perempuan dalam kontek kemasyarakatan di Sumatera Barat.
Sistem kekerabatan Matrilinial atau benasab kepada ibu menjadi pembeda yang kontras terkait posisi perempuan Minangkabau dengan suku-suku lain yang ada di bumi nusantara.
Oleh sebab itu Minangkabau menjunjung tinggi penghormatan terhadap perempuan yang memiliki peranan penting yang tidak akan bisa lepas dari kaumnya.
Tingginya rasa hormat tersebut tidak hanya terucapkan dalam bentuk kata. Namun juga diaplikasikan dalam bentuk budaya, salah satunya melalui pakaian adat.
Pakaian adat untuk perempuan juga bisa disebut dengan pakaian adat Bundo Kanduang.
Pengertian Bundo Kanduang merujuk kepada perkumpulan perempuan-perempuan yang paling tua pada suatu kaum.
Baca Juga: Makna Tingkuluak Sebagai Penghargaan Tertinggi Terhadap Perempuan Minangkabau
Ada beberapa hal terkait dari fungsi Bundo Kanduang yaitu sebagai penerima waris dari Pusako Tinggi, menjaga keberlangsungan keturunan, dan sebagai perlambang moralitas dari masyarakat Minangkabau.
Limpapeh Rumah Nan Gadang merupakan lambang kebesaran perempuan. Dalam bahasa Minang, Limpapeh berarti tiang tengah besar yang digunakan untuk menopang dari bangunan rumah adat Minangkabau.
Sebuah bangunan dapat berdiri kokoh karena ada tiang tengah yang menopang sekaligus menyangga semua kekuatan bangunan tersebut dan menjadi pusat kekuatan tiang-tiang lain.
Jika tiang tersebut patah, rusak atau hancur, maka bangunan tersebut akan runtuh karena tidak ada yang menyangga. Hal tersebut adalah sebuah analogi dari peran ibu dalam sebuah keluarga.