Pemuda Minang di Balik Kepala Barongsai

×

Pemuda Minang di Balik Kepala Barongsai

Bagikan berita
Doni melakukan aksi Barongsai di depan Gedung Marga Lee sebelum pelaksanaan Cap Go Meh, di Padang, Minggu 5 Februari 2023. (Foto: Halbert/Halonusa.com)|Doni melakukan aksi Barongsai di depan Gedung Marga Lee, Minggu 5 Februari 2023 (Foto Halbert/Halonusa)
Doni melakukan aksi Barongsai di depan Gedung Marga Lee sebelum pelaksanaan Cap Go Meh, di Padang, Minggu 5 Februari 2023. (Foto: Halbert/Halonusa.com)|Doni melakukan aksi Barongsai di depan Gedung Marga Lee, Minggu 5 Februari 2023 (Foto Halbert/Halonusa)

HALONUSA.COM - Sekelompok pemuda tampak sedang bercengkerama di sebuah kedai kopi di Jalan Niaga, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, pada Minggu sore, 5 Februari 2023. Belasan pemuda tersebut, terlihat mengenakan baju berwarna kuning dan merah, serta celana berhiasan renda-renda, layaknya hendak melakukan pertunjukan. Para pemuda itu merupakan pemain Barongsai yang bernaung di bawah perkumpulan kongsi marga Huang, salah satu kelompok kekeluargaan Tionghoa di Kota Padang. Dari belasan pemuda itu, dua di antara mereka berkulit sawo matang. Tak identik dengan entis Tionghoa. Benar saja, dua pemuda tersebut adalah orang Minangkabau. Mereka adalah Doni Setiawan dan Ridwan, yang sama-sama berusia 28 tahun. Ketika para pemuda itu sedang asyik berbincang, tiba-tiba seorang pria keturunan Tionghoa memanggil Doni dan Ridwan serta pemuda lainnya. Pria itu meminta mereka mengikutinya ke depan sebuah bangunan yang berjarak 50 meter dari kedai kopi tersebut. "Kita akan mulai nanti pukul 16.00 WIB setelah selesai azan asar," kata pria yang dipanggil Ko Cun itu. Seluruh anggota barongsai itu langsung bersiap-siap untuk melakukan aksi mereka dalam perayaan Cap Go Meh 2023 yang dilaksanakan perkumpulan Tionghoa Kota Padang bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Ko Cun pun mulai membagikan handuk kecil berwarna putih kepada setiap anggota Barongsai yang telah berkumpul di depan Gedung Kongsi Marga Lee. Panitia Cap Go Meh memberikan instruksi bahwa tim Barongsai dari Marga Huang sudah bisa beraksi dan memperlihatkan kebolehannya. Dalam aksinya, tim yang dipimpin Ko Cun menurunkan dua Barongsai berwarna oranye-hitam dan hijau-oranye yang menggambarkan tentang salah satu marga Tionghoa itu. Doni dan Ridwan terlihat mengambil kepala Barongsainya masing-masing. Doni menggunakan kepala Barongsai berwarna hijau-oranye, sementara Ridwan mengenakan kepala Barongsai berwarna oranye-hitam. Pasangan mereka masing-masing juga bersiap menutup bagian tubuhnya menggunakan kain yang tersambung dengan kepala Barongsai. Pemuda lainnya bertugas sebagai pemain musik. Aksi mereka diawali dengan memberikan penghormatan di hadapan puluhan pasang mata yang berdiri di depan gedung berwarna cream tersebut. [caption id="attachment_45655" align="alignnone" width="701"]Doni melakukan aksi Barongsai di depan Gedung Marga Lee, Minggu 5 Februari 2023 (Foto Halbert/Halonusa) Doni melakukan aksi Barongsai di depan Gedung Marga Lee, Kota Padang, Minggu 5 Februari 2023. (Foto: Halbert/Halonusa.com)[/caption] Mereka menunjukkan aksinya dengan melompat, meliuk hingga naik ke pundak masing-masing pasangannya. Aksi itu bak sepasang singa dalam sebuah sirkus. Lantunan alat musik tambur, lin dan jik membuat mereka semakin bersemangat menunjukkan hasil dari latihan mereka selama bertahun-tahun. Sorak-sorai dan tepuk tangan menggema. Memberikan sebuah penghargaan kepada Doni dan Ridwan serta timnya dalam aksi Barongsai itu. Setelah menyelesaikan aksinya, mereka lanjut berjalan menuju lokasi berkumpulnya rombongan Cap Go Meh 2023 yang dimulai di Jembatan Siti Nurbaya. Setiap melewati sebuah bangunan marga Tionghoa, mereka terus memberikan penghormatan dan menunjukkan aksinya kepada setiap pengunjung. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, langit Kota Padang mulai gelap pertanda hujan akan segera turun. Arak-arakan Cap Go Meh 2023 juga akan dimulai yang dibuka oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy. Tetes hujan mulai membasahi Tanah Kota Bengkuang. Ribuan warga yang telah berkumpul sejak pukul 13.00 WIB di Jembatan Siti Nurbaya masih bertahan. Mereka ingin melihat aksi dari seluruh peserta arakan Cap Go Meh 2023, tidak terkecuali Barongsai dari Marga Huang yang di dalamnya ada berbagai etnis dan agama. Dalam rintik hujan, Doni dan Ridwan menunjukkan aksi mereka kepada ribuan pasang mata yang telah menunggu pertunjukan kebudayaan Tionghoa itu. Setelah menunjukkan kebolehannya, rombongan Barongsai dari Marga Huang berjalan mengikuti arak-arakan yang telah lebih dahulu dari mereka. Waktu terus berjalan, jam telah menunjukkan pukul 18.45 WIB. Azan magrib pun berkumandang. Seluruh rombongan arakan Cap Go Meh berhenti sejenak. Doni, Ridwan dan beberapa anggota Barongsai lainnya yang beragama Islam segera memisahkan diri dan menuju Masjid Al-Hakim di Pantai Padang untuk menunaikan ibadah salat magrib. [caption id="attachment_45663" align="alignnone" width="700"]Barongsai Marga Huang menuju lokasi berkumpul Cap Go Meh 2023, Minggu 5 Februari 2023 (Foto Halbert/Halonusa) Barongsai Marga Huang menuju lokasi berkumpul Cap Go Meh 2023 dekat Jembatan Sitti Nurbaya, Minggu 5 Februari 2023. (Foto: Halbert/Halonusa.com)[/caption] Setelah menyelesaikan ibadah salat magrib, keduanya kembali berkumpul dengan rombongan yang sudah bersiap kembali melanjutkan aksi Barongsainya. Sama seperti rombongan lainnya, mereka terus berjalan melewati Jalan Hayam Wuruk, Jalan Gereja hingga kembali ke Jalan Niaga untuk mengakhiri arakan yang diikuti. Hingga pada pukul 19.45 WIB, Doni, Ridwan dan seluruh anggota Barongsai kembali berkumpul di Gedung Perkumpulan Marga Huang.

Tak Ada Perbedaan

Terhitung, sudah 17 tahun Doni menyatu dengan Barongsai. Tidak hanya di Marga Huang saja, mereka juga pernah berada di perkumpulan Tionghoa lainnya. "Kalau ikut Barongsai ini sudah lama, sejak kelas 5 SD saya sudah bergabung dengan Barongsai," kata Doni saat diwawancarai Halonusa.com. Ketertarikannya dengan Barongsai diawali dengan seringnya melihat atraksi-atraksi Barongsai di daerah Pecinan Kota Padang. Memang, rumah Doni berada tak jauh dari kawasan Pecinan, meski ia bukan keturunan Tionghoa. Ia keturunan Minang, suku Caniago, dari Bayang, Pesisir Selatan. "Karena sering melihat atraksi itu jadi tertarik untuk mempelajarinya," tuturnya. Karena ketertarikannya itu, Doni mencoba mencari tahu bagaimana cara mendaftar untuk menjadi anggota Barongsai. [caption id="attachment_45666" align="alignnone" width="739"]Barongsai Marga Huang setelah selesai mengikuti arakan Cap Go Meh 2023, Minggu 5 Februari 2023 (Foto Halbert/Halonusa) Barongsai Marga Huang setelah selesai mengikuti arakan Cap Go Meh 2023, Minggu 5 Februari 2023. (Foto: Halbert/Halonusa.com)[/caption] Tahun 2006, perkumpulan Himpunan Bersatu Teguh (HBT) membuka pendaftaran bagi siapa saja yang ingin belajar kesenian tradisional Tionghoa itu. "Karena ada pendaftaran, saya coba mengisi formulir yang disediakan di pasar malam waktu itu," katanya. Setelah mengisi formulir, keesokan harinya Doni bergegas menuju Gedung HBT untuk mengikuti serangkaian tes agar bisa belajar tentang Barongsai. "Setelah mengikuti tes berupa tes fisik, saya diterima dan mulai mempelajari Barongsai ini," lanjutnya. Doni menuturkan, selama ia belajar tentang barongsai di HBT, dirinya tidak pernah menerima perlakuan diskriminasi dari pelatihnya maupun masyarakat Tionghoa lainnya. "Semuanya sama, meskipun keturunan Tionghoa, kalau tidak bisa disiplin dan tidak mengikuti aturan tetap akan dibuang oleh pelatih," katanya. Hingga pada tahun 2011, Doni diajak bergabung dengan tim Barongsai Marga Huang oleh seniornya yang ia panggil Ko Cun. Hal senada juga disampaikan oleh Ridwan yang belajar Barongsai bersamaan dengan Doni sejak tahun 2006 silam. "Di Barongsai ini semuanya sama. Tidak ada perbedaan baik itu Tionghoa, Minang maupun dari Nias," katanya. Seluruh anggota Barongsai memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam setiap pertunjukan maupun perlombaan yang diikuti.

Satukan Keberagaman

Irwan (44,) pelatih Barongsai Marga Huang menuturkan bahwa di Barongsai, semuanya sudah melebur menjadi satu keluarga. Tidak ada lagi perbedaan ras ataupun agama. "Tidak ada yang dibeda-bedakan di sini, semuanya sama. Selama mereka itu disiplin dan mengikuti latihan sesuai dengan yang dijadwalkan," tuturnya. Pria yang sudah puluhan tahun bergelut dengan kesenian Tionghoa itu menuturkan, ada tiga etnis yang tergabung dalam Barongsai Marga Huang. "Ada dari Minang, Nias dan Tionghoa untuk di Marga Huang ini," tuturnya. Dari suku Minangkabau, menurutnya ada sebanyak 3 orang, dari etnis Nias ada sebanyak 2 orang dan yang lainnya dari etnis Tionghoa. Untuk menyatukan keberagaman itu, Irwan menuturkan bahwa dirinya menanamkan rasa kepedulian dan rasa kekeluargaan di dalam tim Barongsai yang dilatihnya. "Yang penting itu, anak-anak mengetahui bahwa mereka adalah keluarga dan hal ini ditanamkan juga untuk bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari," katanya. Alhasil, seluruh tim Barongsai yang bernaung di bawah perkumpulan Marga Huang itu menyatu, meskipun mereka memiliki perbedaan warna kulit, agama dan keturunan.

Padang Kota Toleran

Wali Kota Padang, Hendri Septa dalam sambutannya saat perayaan Cap Go Meh 2023 mengatakan, masyarakat Padang yang majemuk sudah lama hidup berdampingan. Hal tersebut terjadi karena tingginya tingkat toleransi antar etnis yang ada di Kota Bengkuang, sehingga hampir tidak pernah ada perseteruan. "Mereka sudah lama hidup berdampingan dengan tingkat toleransi yang tinggi. Sejak Orde Baru berakhir, hampir tidak ada gesekan yang muncul," katanya. Menurutnya, hal tersebut dapat dilihat dari salah satu pemukiman di Kota Padang yang diisi oleh berbagai macam etnis. Mulai dari Tionghoa, India, Minang dan Jawa. "Ada namanya kampung Cina, Kampung Jawa, Kampung Nias dan juga Kampung Keling (India) di Kota Padang ini. Semuanya hidup rukun," katanya. Hal senada juga disampaikan oleh Tokoh Tionghoa Padang, Albert Hendra Lukman yang menyatakan bahwa pada perayaan Cap Go Meh 2023, pihaknya melibatkan seluruh etnis yang ada. "Bukan hanya budaya Tionghoa saja yang kita tampilkan. Tapi ada budaya Minang, Reog Ponorogo juga ada," katanya. Dalam kegiatan tahunan keturunan Tionghoa di Kota Padang itu, kata Albert, pihaknya melibatkan sebanyak 3.000 peserta. Di mana, seluruh peserta berasal dari berbagai etnis. Mulai dari Tionghoa, Minang, India, Nias, Jawa, Mentawai dan Batak. Menurut Albert, berbagai etnis itu selama ini hidup rukun berdampingan bahkan sejak ratusan tahun silam. Khususnya di kawasan Pondok yang terletak di Kecamatan Padang Selatan dan Padang Barat. (*)

Baca juga:
Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini