HALONUSA.COM – Pada tampilan Google, 8 November 2021 kemarin, menampilkan Rohana Kudus (Roehana Koeddoes) di Google Doodle, lalu siapa dia?
Google Doodle merayakan pendidik dan jurnalis perempuan Indonesia Roehana Koeddoes (Rohana Kudus).
Sejak 2018, Pemerintah Sumatera Barat sudah mengajukannya sebagai pahlawan nasional dari Sumatera Barat, namun belum membuahkan hasil.
Yang kemudian Jumat (8/11/2019), Presiden Joko Widodo atau Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh di Istana Negara, Jakarta.
Termasuk Rohana Kudus, pejuang seumur hidup untuk memperjuangkan kesetaraan dan kebebasan berekspresi perempuan.
Hari Pahlawan Nasional diperingati untuk mengenang jasa-jasa dan perjuangan dari para pahlawan yang telah gugur saat masa penjajahan terdahulu.
Peringatan ini jatuh pada setiap tanggal 10 November tiap tahunnya.
Menukil Klikoran.com (Halonusa grup) membahas mengenai Rohana Kudus, Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia yang dianugerahi Pahlawan Nasional Indonesia.
Di Minangkabau pun, daerah yang memiliki konsep lokal wanita sebagai Bundo Kanduang juga mempunyai sejarah dan pergerakan pemberdayaan perempuan. Setidaknya, ini dibuktikan oleh Rohana Kudus dalam lintas pergerakan perempuan masa lalu di Minangkabau.
Pergerakan-pergerakan pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh Rohana Kudus adalah simbol manifestasi perjuangan kaum perempuan dari realita yang tidak seimbang memandang perempuan itu sendiri.
Profil Rohana Kudus/ Roehana Koeddoes
- Kelahiran: 20 Desember 1884, Koto Gadang
- Meninggal: 17 Agustus 1972, Jakarta
- Lahir: 20 Desember 1884; Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda
- Orang tua: Mohamad Rasjad Maharadja Soetan (ayah), Kiam (ibu)
- Suami: Abdoel Koeddoes
- Saudara kandung: Sutan Syahrir
Perjuangan Rohana akhirnya membawa asa kaumnya (perempuan) kampungnya Koto Gadang, melalui usaha pembedayaan kaum perempuan yang di rintis Rohana dengan mendirikan institusi pendidikan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan keterampilan wanita, yang diberinya nama Kerajinan Amai Setia.
Kemudian mendirikan Sunting Melayu, koran perempuan pertama di Indonesia, 1912. Mendirikan koran Sunting Melayu atas sakit hati terhadap Belanda yang membredel Poetri Hindia (Putri Indonesia-red) hingga tutup.
Karena tulisan-tulisannya yang sangat prokatif membangkitkan semangat para gerilyawan untuk melawan Belanda.
Rohana banyak menulis tentang kegundahannya dalam melihat realita, terutama yang berkaitan dengan nasib kaum perempuan yang masih terjepit dalam pemikiran-pemikiran sempit.
Di sinilah, kiprah Rohana mulai dikenal dengan luas.
Dari perjalananya di dunia pers ini, pantaslah Rohana dinobatkan sebagai wartawati atau jurnalis perempuan pertama di negeri ini yang bergerak memperjuangkan kaumnya.
Atas jasanya ini, pemerintah Sumatera Barat menobatkan Rohana sebagai wartawati pertama di Minangkabau, dengan diberikannya penghargaan kepada Rohana pada tanggal 15 Agustus 1974. (*)