Sejarah atau Historis
Latar belakang berdirinya stasiun kereta api di Sumatera Barat adalah akibat penemuan dan pembukaan tambang Batu Bara di Ombilin Sawahlunto yang cadangannya cukup potensial.
Selain itu, keberadaan Stasiun Danguang-Danguang berkaitan dengan upaya Pemerintahan Kolonial Belanda dalam memenuhi trasportasi yang murah dan dapat membawa barang dalam jumlah yang banyak.
Eksploitasi sumber daya alam di Pedalaman Sumatera Barat berimbas pada kebijakan membuat sarana trasportasi yang efektif dan efesien yakni kereta api.
Stasiun Kereta Sungai Sirah, sebagai stasiun pertama dari jalur kereta api Limbanang Payakumbuh.
Stasiun kereta api ini tidak lama beroperasi karena ditutupnya rute payakumbuh-limbanang tahun 1933 oleh pemerintah Hindia Belanda.
Keberadaan jalur kereta api Payakumbuh-Limbanang yang terdiri dari sembilan stasion tidak terlepas dari Mijnbouw Maatschappij Aequator untuk angkut emas dan perak dari hasil tambang di Mangani.
Willem de Haan, general manajer yang diangkat sejak tahun 1919 pada Mijnbouw Maatschappij Aequator atau pertambangan Mangani dia, tentu sangat berkepentingan dengan suksesnya operasi Kereta Api Payakumbuh Limbanang.
Perusahaan tambang Mijnbouw Maatschappij Aequator Mangani yang ditemukan pada tahun 1907 merupakan penghasil emas yang sangat penting di Barat dan Utara Pulau Sumatera.
Dalam perkembangannya, wilayah Mangani merupakan kawasan khusus pertambangan yang memiliki fasilitas yang sangat lengkap.
Selain dari fasilitas toko dan barang kebutuhan lainnya, di sana juga terdapat sebuah rumah sakit mini.
Dokter yang bertugas di sana pada kurun 1914-1915 di datangkan dari Austria.
Mangani merupakan pesona berkilau di sepanjang equator (khatulistiwa) yang menghadirkan emas dan perak.
Atas usulan Willem de Haan (mungkin) dan atas desakan dari pemegang saham Mijnbouw Maatschappij Aequator pada pemerintah hindia Belandalah, jalur kereta api itu dibuka.
Sebagian besar biaya pembangunan rel kereta api sepanjang 20 km itu (mungkin) diperoleh dari perusahaan tambang Mijnbouw Maatschappij Aequator ini.
Jalur kereta itu juga diproyeksikan untuk mengangkut seluruh perlengkapan dan kebutuhan hidup yang di datangkan dengan kapal dari Emmahaven (pelabuhan Teluk Bayur).
Suplier kebutuhan tesebut adalah Firma milik pria Tionghoa yang juga berada di dalam ruangan tunggu stasion overweg Payakumbuh itu.
Di sudut lain, pria Tionghoa yang tadi berbincang-bincang dengan istrinya tampak ditemani oleh dua orang Tionghoa lainnya.
Pria itu adalah Goan Tjoan Ge pemilik Firma Goan Soen Hin.
Dua temannya adalah Tjoa Kong Bie pemilik Tjoa SP perusahaan tembakau dan gambir terbesar di Payakumbuh dan Tjoei Lay Njo pemilik Firma Tjong Hin & Co.