Sejarah atau Historis
Perkeretaapian di Indonesia baru dimulai pada pertengahan abad ke-19 M.
Perusahaan kereta api ditangani oleh dua instansi yaitu oleh pihak pemerintah seperti S.S – Staad Spoorwegen dan pihak swasta seperti NIS – Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij.
Keberadaan Stasiun Piladang berkaitan dengan upaya Pemerintahan Kolonial Belanda dalam memenuhi trasportasi yang murah dan dapat membawa barang dalam jumlah yang banyak.
Eksploitasi sumber daya alam di Pedalaman Sumatera Barat berimbas pada kebijakan membuat sarana trasportasi yang efektif dan efesien.
Stasiun Piladang adalah salah satu stasiun yang dahulunya menghubungkan Padang Panjang-Fort de Kock-Payakumbu.
Deskripsi Arkeologis
Bangunan stasiun secara umum berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 10, 5 m x 4,7 m.
Bangunan terbuat dari bahan beton, dengan pintu masuk dan keluar dari kayu, dengan bentuk atap yang pelana ditambah dengan lubang sirkulasi udara panas diatasnya.
Bentuk ini sangat ideal dengan bentang lebar dapat menampung banyak penumpang maupun pengantar yang berada di dalam stasiun.
Bentuk maupun pola pintu sama sama mempunyai ciri khas Indies, yaitu tinggi dan besar, dan selalu di ikuti dengan ornament pada permukaan pintu dengan pahatan sederhana.
Terdapat 2 pintu dengan ukuran tinggi 2,30 m lebar 1,66 m.
Kondisi bangunan saat ini sudah mengalami kerusakan pada bagian atap, pintu masuk, pintu keluar, plafon dinding bangunan.
Sekarang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk pabrik pembuatan kerupuk.
Fungsi
Fungsi awal : Bangunan adalah stasiun kereta api
Fungsi sekarang : Sebagai pabrik kerupuk
Sumber: BPCB Sumbar