Sejarah atau Historis
Keberadaan Stasiun Simalanggang berkaitan dengan upaya Pemerintahan Kolonial Belanda dalam memenuhi trasportasi yang murah dan dapat membawa barang dalam jumlah yang banyak.
Eksploitasi sumber daya alam di Pedalaman Sumatera Barat berimbas pada kebijakan membuat sarana trasportasi yang efektif dan efesien yakni kereta api.
Stasiun Simalanggang merupakan jalur yang menghubungkan dengan Fort de Kock dan Padang Panjang.
Deskripsi Arkeologis
Bangunan berdenah empat persegi panjang, bangunan berada di pinggir jalan raya Payakumbuh-Mungka.
Bangunan terbuat dari bata, semen dengan sedikit penggunaan kayu, kayu dipakai untuk konsen jendela, pintu dan plafon stasiun.
Bangunan dilengkapi dengan 1 pintu masuk, 2 jendela pada bagian depan, 2 jendela pada sisi Barat dan 1 pintu pada bagian belakang.
Plafon dari bahan kayu yang mampu meredam panas yang timbul serta langit-langit yang tinggi memungkinkan tempat berkumpul-nya udara panas sehingga ruangan yang ada dibawahnya akan menjadi lebih sejuk, mengingat iklim geografis daerah tropis.
Bangunan stasiun ini terdiri dari ruang-ruang tertutup dan ruang terbuka, ruang tertutup antara lain kantor dan ruang mekanik serta tempat penjualan tiket.
Sedangkan ruang terbuka adalah ruang tunggu bagi para penumpang dan loket tempat membeli tiket yang berupa lorong.
Sebagian besar dari unsur bangunan masih merupakan unsur bangunan asli tanpa ada perubahan.
Sisa rel kereta api berada di sisi timur dari bangunan staisun.
Rel kereta tersisa dua (2) jalur dengan kondisi yang sudah rusak.
Saat ini bangunan stasiun dipergunakan oleh Puskemas Pembantu Jorong Koto Tangah, Nagari Simalanggang yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kab. Limapuluh Kota.
Fungsi
Fungsi awal bangunan adalah stasiun dan sekarang bangunan di alih fungsikan menjadi Puskesmas Pembantu Koto Tangah, Simalanggang
Sumber: BPCB Sumbar