Boedi Oetomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Soetomo, bersama dengan Soeraji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, Gondo Soewarno, Soelaiman, dan banyak lainnya.
Dilansir dari disdik.grobogan.go.id, faktor pendorong kebangkitan nasional dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal
- Penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan.
- Kenangan akan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit.
- Munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan.
Sedangkan faktor eksternal
- Timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme.
- Munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme.
- Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang Jepang-Rusia yang membangkitkan kesadaran negara-negara di Asia untuk melawan negara-negara Barat.
Pada awal abad ke-20, sebagian besar penduduk Indonesia yang mendapatkan pendidikan hanya mencapai tingkat menengah yang terbatas. Namun, dengan kebijakan Politik Etis, kesempatan pendidikan menengah bagi penduduk pribumi semakin diperluas.
Pada tahun 1925, pemerintah kolonial mulai memperhatikan pendidikan kejuruan dasar selama tiga tahun. Pada tahun 1940, lebih dari 2 juta siswa telah bersekolah.
Hal ini berdampak pada peningkatan tingkat melek huruf menjadi 6,3 persen pada sensus tahun 1930. Pendidikan menengah Belanda membuka wawasan dan peluang baru, dan sangat diminati oleh masyarakat Indonesia.
Pada tahun sebelumnya, tema Harkitnas adalah "Ayo Bangkit Bersama", yang mencerminkan kondisi Indonesia yang sedang menghadapi pandemi Covid-19.
Sedangkan tema Harkitnas tahun 2023 adalah "Semangat Untuk Bangkit". Tema ini dipilih untuk melambangkan semangat dan kekuatan dalam bangkit menuju masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. (*)