Salah satunya adalah perdagangan garam yang sempat dikuasai oleh sebuah daerah yang ada di Sumatera Barat.
Daerah yang pernah menjadi penghasil garam terbaik di dunia adalah Sunua atau yang saat ini dikenal dengan nama Sunur.
Daerah yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman saat ini pernah menguasai perdagangan garam dunia pada zaman VOC.
Seorang ahli Filologi dari Universitas Leiden Belanda, Dr Suryadi menyatakan bahwa Sunur pernah menjadi penguasa pedagangan garam di dunia kala itu.
"Catatan-catatan orang Belanda pada zaman VOC dan sesudahnya menunjukkan bahwa Sunur penting karena produksi garamnya," tulisnya.
Dalam literasinya, ia menuliskan bahwa Sunur sudah lama didatangi oleh orang-orang dari darek yang datang ke kawasan pantai untuk membeli garam.
"Ketika Belanda menerapkan kebijakan monopoli perdagangan garam sejak abad ke18, Sunur ikut terkena dampaknya," lanjutnya.
"Untuk menjaga kestabilan harga, seringkali Kompeni memusnahkan produksi garam di Sunur dan sekitarnya yang dijalankan oleh regent setempat," lanjutnya.
Hal tersebut dituliskan dari sebuah literasi De Stuers 1849, I halaman 13.
"Bersumber dari Francis 1847, IV:61-2, selama Perang Paderi, Sunur juga menjadi basis pertahanan terdepan dalam melawan Kompeni," lanjutnya.
"Misalnya, menulis bahwa Sunur ia menulis Soemoer telah dijadikan semacam bumper oleh orang VII Koto untuk menahan serangan Belanda dari laut pada bulan November 1819," lanjutnya.
Untuk diketahui, Nagari Sunur atau Sunua berada di 45 kilometer barat laut Padang atau 8 kilometer di selatan Pariaman. Sekarang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman.
Korong/dusun-dusunnya adalah: Kampung Kandang-Koto Gadis, Koto Rajo-Koto Marapak-Kampung Aur, Kampung Tangah, Taluak Nibung, Tingkalak, Kampung Jambak, Pasar Baru, Pintir Kayu, Padang Kalam, Olo, Pakoktan, Kabun, Pautan Kabau, dan Kampung Lintang.
Dulu korong Pasir Sunur yang terletak di tepi Samudera Indonesia juga termasuk wilayah Nagari Sunur, tapi sekarang masuk wilayah Kecamatan Pariaman Selatan.
Batas sebelah barat nagari Sunur adalah Samudera Indonesia. Ombaknya besar, tidak seperti daerah pesisir pantai kebanyakan di Sumatera Barat.
Penduduk Sunur yang tinggal agak jauh dari pantai bekerja sebagai petani. Nagari ini mempunyai areal persawahan cukup luas.
Karena kondisi geografisnya itu, penduduk Sunur bekerja sebagai petani, pedagang beras dan nelayan. Namun, seperti orang Minangkabau pada umumnya, banyak orang Sunur pergi merantau ke berbagai kota di Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia dan Belanda.