Ternyata Rumah Gadang Sebagai Rumah Adat Minangkabau Ada di Belanda Sejak Tahun 1996

×

Ternyata Rumah Gadang Sebagai Rumah Adat Minangkabau Ada di Belanda Sejak Tahun 1996

Bagikan berita
House of the 5 Senses adalah pintu gerbang ke Efteling. Pintu masuk telah digunakan sejak tahun 1996 dan, dengan atap jerami seluas 4.500m2, merupakan atap jerami terbesar di dunia. Ternyata Rumah Gadang Sebagai Rumah Adat Minangkabau Ada di Belanda Sejak
House of the 5 Senses adalah pintu gerbang ke Efteling. Pintu masuk telah digunakan sejak tahun 1996 dan, dengan atap jerami seluas 4.500m2, merupakan atap jerami terbesar di dunia. Ternyata Rumah Gadang Sebagai Rumah Adat Minangkabau Ada di Belanda Sejak

HALONUSA. COM - Rumah Gadang sejatinya terletak di sebuah provinsi di Sumatera Barat. Daerah yang kaya dengan adat dan kebudayaannya.

Dan tak luput dari keindahan alamnya, terbentuk dari susunan beberapa gunung berapi, sementara di tempat lain terletak di hamparan dataran yang sangat luas di tepi laut.

Daerah yang juga berada di pertemuan dua lempeng raksasa dunia sehingga bangunan yang akan didirikan, akan diuji oleh gempa bumi, badai, dan angin topan serta cuaca panas.

Rumah Adat Minangkabau atau lebih terkenal dengan sebutan Rumah Gadang memiliki keunikan tersendiri. Terbuat dari kayu seperti halnya kebanyakan rumah adat yang ada di Indonesia.

Baca juga:

Dari bentuk dari struktur bangunan dan ukiran-ukirannya, sepintas bisa terlihat dan bisa merasakan bahwa Rumah Gadang lebih mengutamakan keindahan pembangunannya.

Setelah lama merenungi, baru kita akan dapat memahami arti dari bentuk setiap bagian bangunan yang satu sama lain memiliki peran untuk membuatnya kuat.

Kekuatan yang juga selaras dengan keindahan ini akan membuat kita lebih terpesona lagi.

Bentuk atapnya mirip tanduk kerbau, dinding berbentuk trapesium tetapi agak melengkung dan mengembang ke atas juga hampir mirip badan kapal.

Bangunannya merupakan bangunan panggung yang tidak langsung dipancangkan ke dalam tanah, melainkan agak tinggi dengan banyak tiang penopang.

Atapnya menggunakan susunan ijuk dari pohon aren. Dinding-dinding dengan hiasan ukiran-ukiran yang sangat indah dengan warna warna khas Minangkabau, yaitu kombinasi merah, hitam, kuning dan hijau.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini