Tanda-Tanda La Nina, Begini Kata Peneliti dari University of York Inggris

×

Tanda-Tanda La Nina, Begini Kata Peneliti dari University of York Inggris

Bagikan berita
Selfie | (documentary: Kariadil Harefa)|Neil Tandon, peneliti yang fokus pada dinamika iklim dan gerakan es laut Arktik dan saat ini menemani Prof. Paul Kushner di Universitas Toronto untuk melakukan penelitian yang didanai Jaringan Evolusi Es dan Salju L
Selfie | (documentary: Kariadil Harefa)|Neil Tandon, peneliti yang fokus pada dinamika iklim dan gerakan es laut Arktik dan saat ini menemani Prof. Paul Kushner di Universitas Toronto untuk melakukan penelitian yang didanai Jaringan Evolusi Es dan Salju L

HALONUSA.COM - Peneliti asal University of York Inggris, Neil Tandon menyampaikan, terjadinya badai La Nina maupun El Nino dipicu sirkulasi permukaan laut Samudera Pasifik yang bergerak cepat seperti konveyor dan melintasi khatulistiwa di Samudra Pasifik.

"Gerakan panas di samudera seperti Konveyor kami sebut fenomena meteorologi," kata Neil Tandon kepada Halonusa.com via surel (surat elektronik), Jumat (29/10/2021).

Fenomena meteorologi yang ia maksud berupa aliran angin permukaan yang sangat kuat melintasi ekuator (Cross Equatorial Cell: CEC) dan gerakan itu dapat mempengaruhi terjadinya badai El Nina dan El Nino, jelas Neil Tandon, asisten profesor departemen Ilmu Atmosfer di Lassonde School of Engineering.

"Dalam penelitian ini, kami melihat apa yang secara fisik menyebabkan gerakan ini di laut. Memahami ini sangat penting, karena perubahan kecil di lokasi panas laut pada gilirannya menggeser lokasi aliran jet atmosfer, yang memicu reaksi berantai, mengganggu cuaca di seluruh dunia,” sambung Neil Tandon.

Baca juga:

Fenomena Meteorologis bila terjadi memiliki dampak kuat terhadap kehidupan masyarakat yang bermukim sekitar Samudra Pasifik atau Lautan Teduh (bahasa Spanyol: Pacifico, artinya tenang).

"Dampaknya sangat global sekali mulai dari bencana banjir, kekeringan hingga kebakaran hutan, bahkan bisa mengakibatkan kelumpuhan ekonomi yang mengalami fenomena Samudra Pasifik," kata Neil Tandon kepada Kariadil Harefa, editor/reporter Halonusa.

[caption id="attachment_15569" align="aligncenter" width="750"] Neil Tandon, peneliti yang fokus pada dinamika iklim dan gerakan es laut Arktik dan saat ini menemani Prof. Paul Kushner di Universitas Toronto untuk melakukan penelitian yang didanai Jaringan Evolusi Es dan Salju Laut Kanada (CanSISE).[/caption]

Salah satu dari fenomena itu bisa kuat muncul di lokasi yang berbeda-beda terutama di Samudra Pasifik. Misalnya, La Nina.

La Nina terjadi karena adanya pendinginan sementara El Nino terjadi karena terjadi suhu panas pada lautan di Pasifik tropis selama setahun.

"Namun, perlu dicatat tidak semua El Nino dan La Nina sama," ujarnya.

Baca juga: Badai La Nina Mengancam Indonesia, Menteri Basuki: Aktifkan Satgas dan Pemetaan Dampak Bencana

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini